Reflection 20-10-2010
Lisdes atau program Listrik Desa adalah pengalaman saya yang paling berharga selama di UGM. Inilah proyek pertama saya sebagai mahasiswa, tepatnya setelah KK (Kemah Kerja) 2008. Ini adalah awal mimpi bagi saya, karena tidak mengira di semester 4 bisa ikut proyek, Alhamdulillah. Sejak awal, saya berpikir proyek pertama ini akan menjadi hal yang besar bagi saya, meskipun proyek lisdes yang saya dan tim ikuti ini baru tahapan perencanaan desain jaringan listrik desa. Waktu itu,saya dari tim Geodesi UGM terdiri dari 4 orang, mendukung tim Elektro UGM. Listrik desa merupakan bagian dari program Elektrifikasi pemerintahan RI yang Alhamdulillah, sampai tahun 2010 ini sudah mencapai 65% di Indonesia.
Program yang sangat positif dari Pemerintah karena awalnya saya berpikir pendanaan ini awalnya dari PLN semua ternyata untuk pengembangan Listrik Desa khususnya di DIY (lokasi proyek saya) ditangani oleh Disperindagkop unit pertambangan dan energy dan Dinas PU provinsi DIY. Bagi saya proyek ini kenapa saya anggap besar karena melalui proyek lisdes ini, saya bisa melihat dan merasakan secara langsung bagaimana keadaan masyarakat desa yang belum terlistriki (saat itu saya dan tim survey secara langsung). Suatu saat di suatu desa di daerah Kulon progo, saya melihat beberapa rumah yang benar-benar belum terlistriki ditambah lagi akses jalan ke situ belum ada penerangan, jadi mereka bisa beraktivitas hanya pada pagi-sore hari aja.
sumber : http://boeangsaoet.wordpress.com/page/5/
Saya juga masih ingat ketika di suatu dusun di Gunung kidul, saya melihat ada kabel-kabel dari tiang2 listrik yang terbuat dari kayu (gambarannya mirip dengan gambar di atas yang merupakan gambaran di luar jawa, daerah pakpak barat)..Miris sekali karena , kalo tiang listrik dari kayu mesti berbahaya bisa timbul kebakaran, dan kadang kabel tiang listrik kayu itu dipasang sampai melewati bukit menghubungkan 2 desa, agak parah emang. Warga desa yang kami survey ketika mereka bertemu dengan tim kami, mereka sangat welcome dan berharap sekali desa mereka bisa dilistriki. Saya senantiasa ingat ketika ada seorang nenek tua yang sedang menggendong dagangannya berkata “Mas, mau masang togor (tiang) listrik ya, semoga bisa segera dipasang nggih, soale biar kalo malem bisa terang desa ini dan anak-anak bisa belajar di malam hari karena biasanya anak-anak pakai lampu petromax dan sentir”. Prihatin juga dengan keadaan tersebut, saya jadi ingat ibu saya dulu di tahun 1980 saat SMA, beliau baru bisa menikmati listrik di desa di kabupaten purworejo, sebelumnya ibu dan saudaranya memakai lampu petromax dan sentir kalo pas malam hari. Dan di zaman tahun 2000nan ini, masih juga terdapat desa yang belum terlistriki padahal katanya zaman udah maju, sebuah ironi untuk bangsa ini, meski sekarang udah terdapat solusi dari pemerintah.
Sejak periode Lisdes DIY periode 2008-2009 , hampir 20 desa sudah saya survey bersama tim dari geodesi dan elektro untuk desainnya. Saya jadi mengerti bahwa, pemerintah melalui departemennya dan PLN telah bekerja positif untuk memenuhi target elektrifikasi listrik desa tahun 2010 yang pernah dicanangkan bapak R. Harjoko, saat ekspose proyek tahun 2009. Salah satu yang pernah saya ingat dari teman saya, danang, bahwa proyek lisdes ini merupakan tanggung jawab kita kepada masyarakat. Jika proyek ini berhasil memasang tiang listrik di desa tersebut, masyarkat pun bisa melakukan aktivitas secara optimal baik dari segi pendidikan maupun pekerjaan. Banyak sekali potensi usaha yang bisa dikembangkan masyarakat desa khususnya DIY jika listrik terpasang di desa mereka. Secara otomatis, listrik desa bisa menggerakkan perekonomian desa dan mensejahterakan rakyat. Di samping itu, adik-adik yang masih sekolah bisa belajar di malam hari dan meningkatkan prestasi mereka. Secara otomatis gap kualitas sekolah di desa dan kota akan berkurang secara signifikan jika akses listrik ada.
Pertumbuhan ekonomi meningkat jika elektrifikasi dan konsistensi suplai listrik bisa sejalan. Salut untuk pemerintah yang akan mengadakan proyek 10.000 MW, saya berharap setiap pegawai PLN bisa meniru semangat bapak Dahlan Iskan sehingga kinerja PLN semakin meningkat. Pemerintah dan PLN juga telah mengembangkan listrik dari batubara, geothermal , maupun hal lain untuk mewujudkan proyek 10.000 MW itu dengan baik. Apalagi suatu saat kelak Indonesia bisa mengembangkan PLTN atau listrik dari nuklir, saya berharap DEN (Dewan Energi Nasional) bisa berkonsultasi dengan semua departemen terkait dan masyarakat untuk mewujudkan PLTN karena di Indonesia sudah banyak ahli nuklir khususnya dari teknik nuklir sehingga mereka bisa berkarya dan mengaplikasikan ilmunya untuk kepentingan Indonesia secara langsung. Saya berharap elektrifikasi bisa diprioritaskan untuk kepentingan listrik desa, di samping industry dan kota.
Inilah suatu harapan dari saya untuk pemerintahan bapak presiden sebagai refleksi 1 tahun pemerintahan (20-10-2010). Saya sadar proyek lisdes yang saya ikuti bukan sebesar proyek pertamina, pembangunan jalan tol, atau proyek besar lain, tetapi proyek ini adalah proyek besar bagi saya karena di sini saya mengerjakan semua berdasarkan hati, harapan, dan semangat untuk membantu masyarakat khususnya masyarakat desa yang belum terlistriki. Saya berharap program elektrifikasi pemerintah bisa meningkat terus khususnya listrik desa.
Diselesaikan di karanganyar pukul 22.36 ,19 oktober 2010
Tulisan (notes ke-150 di fb) ini saya dedikasikan kepada
1. Masyarakat desa di Indonesia khususnya masyarakat desa yang belum terlistriki di Indonesia dan desa yang pernah saya survey
2. Bapak Dr. Eng. Suharyanto yang telah memberikan bimbingan selama proyek lisdes, saya berharap suatu saat kelak bapak bisa menjadi anggota DEN (Dewan Energi Nasional) untuk memajukan indonesia
3. Bapak Heru dan Wisnu, desainer jaringan listrik yang bagus, mksy atas kerjasama dan bimbingannya
4. Danang( semoga tambah sukses di Exxon ), Alvi, taufiq , Mas Ali, Mas Haryo dari tim Elektro UGM
5. Aris, Anung, Fajar, dan adik2 penerus lisdes huda, dani, fauzi, dan dono dari Tim Geodesi UGM
6. PT PLN, Disperindagkop dan DPU DIY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar