Entri Populer

Rabu, 24 November 2010

Mencintai Sejantan "Ali"

Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan! ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.


Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,
dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kisah ini disampaikan disini,
bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an
Kisah ini disampaikan
agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah
bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi
dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba


sumber: http://aisyahkecil.wordpress.com/

Kesabaran itu Berbuah Manis Juga


Agustus 2008, tepatnya pada saat selasa sore,kalo ga salah waktu itu, di FT UGM sedang mengadakan Ospek bagi mahasiswanya. Ketika itu saya dan  tim proyek lisdes  baru pulang dari survey listrik desa. Sore sekitar jam 5, saya tiba di FT UGM, kemudian langsung bergegas pergi ke warnet untuk mengisi KRS online saudaraku. Ya, saat pulang itu sebenarnya suasana hatiku bingung, karena saudaraku yang sedang KKN di Klaten, ternyata belum bisa KRS-online, dan siang harinya, di mana saya sedang dalam proyek di Gunung kidul tiba-tiba ditelpon dia,agar dia membantu KRS dia. “Feb, tolong KRS-in punyaku”kata saudaraku sambil terengah-engah napasnya. Saat itu saudaraku emang lagi sakit sesak napas, tapi saya udah berjanji akan mengisi KRS-nya habis proyek. Tapi ternyata siangnya dia nekat ke kota untuk mengisi KRS. Sontak saja, kondisi yang kurang fit, membuat penyakit sesak nafasnya kambuh. Ketika itu ibu saya langsung menelpon saya juga, dan saya disuruh menenangkan kakak saya. Tidak lama kemudian bapakku yang pada saat itu bertugas di BPN Kendal juga menelponku juga. Terus aku coba minta tolong adikku untuk mencoba menolong KRS-an kakakku, tapi belum bisa juga menembus portal UGM padahal udah di warnet Solo yang cukup cepat, astaghfirullah. Ketika itu tangan kanan saya memegang GPS, kiri memegang HP, sambil pikiran melayang agak bingung memutuskan.
            Akan tetapi, akhirnya, Alhamdulillah, saya bisa menenangkan saudaraku dan sesak nafasnya bisa segera teratasi meski via telepon yang terputus-putus karena sinyalnya sangat minim.  Begitu ceritanya, maka saat sudah sampai di FT UGM saya langsung bergegas dan lari menuju warnet terdekat untuk KRS-an. Ketika itu saya lupa cara login masuk ke sistem portal FEB UGM, dan langsung tak coba hubungi teman lamaku di FEB, Alhamdulillah, dia bisa sms caranya. Astaghfirullah, ternyata sama aja via warnet pun, belum bisa masuk juga. Akhirnya sampai juga waktu maghrib, saya putuskan sholat maghrib dan Isya’ dulu. Sepanjang itu, saya hanya bisa bersabar dan berdoa kepada Allah,semoga hari ini bisa selesai. Habis Isya’, ternyata hasilnya sama, belum bisa masuk portal akademik FEB UGM di warnet dekat kos. Ya saat itu, saya belum punya kendaraan motor karena masih dipakai kakak dan situasinya masih libur, jadi teman-teman  saya rata-rata lagi pulang.  Alhamdulillah, ada satu temanku jati, yang masih ada di lingkungan sekitar kosku. Tidak berapa lama kemudian, saya sms dia, minta tolong beliau untuk nganterin saya ke warnet paling cepat di DIY. Alhamdulillah, beliau bisa bantu saya tapi jam 10 malam. Saya bersyukur memiliki teman seperti jati, meski saat itu dia sedang mengantar saudaranya di Kaliurang atas , beliau mau membantu temannya. Ya, sekitar jam 10 malam, “Feb, Assalamu’alaikum, saya jati, mari berangkat” kata jati sambil mengetuk pintu kamar kosku. Saat itu, saya ketiduran, tapi langsung sadar, dan bergegas berangkat ke warnet Square di KM 7 JAKAL. Sekali lagi, jam 10 pun, untuk masuk portal FEB UGM lewat warnet itu belum bisa, padahal udah 45 menit. Setelah itu , saya dan jati putuskan ke Bionet di daerah Gejayan untuk mencoba lagi. Dan akhirnya berhasil masuk, tapi yang bisa diambil ternyata hanya satu mata kuliah saja skripsi , padahal statistic belum diambil(doh) karena pada saat itu kuotanya duah penuh padahal baru dibuka 1 hari. Setelah saya jelaskan kepada saudaraku jam 11.45 malam selesai, bisa menerima. Jam 12 malam, saya dan  jati pulang ke kos, Alhamdulillah, selesai juga. Tapi sebenarnya kegagalan ambil mata kuliah statistic ini menjadi sebuah rangkaian SAGA skripsi yang sangat melelahkan ini.
            Setelah KKN, saudaraku mulai menyusun proposal skripsinya untuk diajukan ke  Dosen Pembimbingnya, kira dari proses September 2008 sampai Desember 2008, ternyata ujian kesabaran itu datang. Dosen pembimbingnya ternyata belum meng-acc proposal saudaraku bahkan untuk bab 1 nya saja, karena ketika itu dosennya ingin perfect dan terlalu idealis denga pahamnya. Saudaraku udah proaktif ke dosennya, tapi belum bisa di-acc, karena itu mental saudaraku ketika itu sangat down sekali. Februari 2009, menjadi awal semester 6 bagiku dan semester 9 bagi saudaraku. Sekali lagi, beliau menjadi sangat pemurung dan sakit beliau yang lama sejak SD yaitu sesak napas kambuh lagi karena skripsinya belum selesai. Ketika itu, hampir saja beliau mau pindah ke D1 ke mamaku, tapi mamaku melarang dan tetap mendukung saudaraku untuk menyelesaikan skripsinya. Sejak saat itu saya bertekad memasang target bahwa aku harus bisa membantu saudaraku lulus tahun 2009 ini juga. Alhamdulillah, dengan dukungan keluarga, semangat saudaraku tumbuh kembali dan akhirnya dosen pembimbingnya luluh juga, sehingga proposal skripsinya akhirnya bisa diterima.
Proses pengambilan data dan pembuatan skripsi itu dilakukan dengan survey langsung di tempat penjualan roti di Solo Grand Mall. Alhamdulillah, data bisa didapat dan diolah dengan baik. Draft skripsi itu bisa selesai sekitar bulan Mei 2009. Sebenarnya, saudaraku harus pendadaran juni 2009 juga karena dosen pembimbingnya akan kuliah S2 di luar negeri. Ketika itu , saudaraku akan mendaftarkan skripsi untuk diseminarkan, tetapi ada jawaban mengejutkan dari pegawai pengajaran FEB ketika itu. “ Maaf, mas. Anda belum bisa seminar pendadaran sekarang, karena masih ada nilai D di mata kuliah wajib anda,yaitu statistik”, sontak saja saudaraku kaget, kenapa dulu pas ngisi KRS (kartu rencana studi) tidak ada warning di sistem akademiknya, dan dia bisa ambil skripsi, menurut pengajaran di sana, peraturan itu tidak tertulis sehingga hendaknya dimaklumi mahasiswa. Saya kaget ketika saudaraku memberitahu begitu, akhirnya gara-gara saya gagal mengklik statistik 1 semester lalu, pendadaran mundur dan resikonya seminar tanpa dosen pembimbing karena dosennya sudah berangkat ke Luar Negeri Juli 2009.
Secara khusus, mamaku menelpon saya untuk membuat saudaraku tenang dan saya disuruh menghadap ketua Jurusan Manajemen langsung untuk meminta penjelasan. Akhirnya, hari berikutnya saya dan saudaraku langsung menghubungi ketua jurusan manajemen UGM untuk pertama kalinya, dan jawaban tetap sama, bahwa kakak saya harus mengulang mata kuliah statistik di semester pendek dan dia pendadaran tanpa dosen pembimbing. Ya, Bismillah, saya mencoba menjelaskan ke saudaraku dan mamaku, akhirnya mereka mengerti dan pilihan itu akhirnya dijalani dengan penuh harapan. Saat itu sebenarnya saya sedih kenapa pemberitahuan itu telat sekali hampir 1 semester, tapi g p p mungkin ini jalan dari Allah. Periode Juli-Agustus 2009,saudaraku mengikuti kuliah dan ujian pas semester pendek. Ketika itu saya sedang berjuang dan berharap semoga semua berjalan lancar sehingga habis KKN saya bisa melihat saudaraku pendadaran. Awalnya, saya berharap pas  KKN itu saya bisa melihat kakak saya diwisuda  bulan agustus 2009, tapi ternyata belum bisa.
Setelah KKN selesai, akhirnya, saya bisa dapat kepastian pendadaran saudaraku3 hari menjelang idul fitri ternyata. Ya, pas hari-H ketika itu, kedua orang tua saya memasrahkan saudaraku ke saya, , sejujurnya saya agak khawatir karena kakak saya akan berhadapan dengan 3 penguji sekaligus, dan ketua penguji adalah seorang professor mantan ketua jurusan juga. Dan ketika itu kakak saya maju pertama dari 2 orang ke ruangan itu. Pendadaran berlangsung hampir 1,5 jam, saudaraku sempat keluar sebentar mengambil jurnal, ternyata astaghfirullah, beliau keluar dengan mata tertunduk dan skripsinya dinyatakan gagal karena tidak sesuai dengan harapan sang professor. Profesor itu memiliki pemahaman ilmu/mazhab yang berbeda dengan dosen pembimbingnya. Seketika itu saja, saya sedih sekali rasanya ingin nangis, tapi saya mencoba tenang dan tetap tersenyum menghibur saudaraku. Sore itu juga saya mencoba menelpon mamaku, meski dengan perasaan menahan tangis karena saya gagal mengemban tugas itu, orang tua saya tetap memberi semangat “ g p p dik, mungkin Allah ingin memberi pelajaran terbaik bagi kakakmu” kata mamaku begitu. Sore itu, habis sholat ashar, saya langsung mengantar kakak ke janti di tempat pemberhentian bus ke arah Solo, beliau memutuskan untuk langsung pulang untuk menenangkan diri.
Malam harinya, saya mencoba menelaah diri dan introspeksi semoga peristiwa tadi bisa menjadikan pelajaran bagi saya, meski cukup berat melupakannya karena skripsi yang dikerjakan hampir 1 tahun dengan penuh lika liku masalah itu , dinyatakan gagal hanya dalam 1 jam. Malam itu saya masih di jogja untuk menyelesaikan proposal PKM yang akan dikumpul paginya, jadi ketika itu ngerjain pun terasa kurang enak. Setelah selesai semua, akhirnya sore harinya saya pulang ke Solo. Alhamdulillah, ketika itu bapak dan mama sangat bersabar dengan gagalnya saudaraku di pendadaran, mereka mengerti bahwa ini merupakan ujian dari Allah kepada keluarga kami. Momen lebaran tahun itu , jujur saya merasa agak hambar terutama dengan kegagalan saudaraku, tetapi Alhamdulillah keluargaku selalu mendukung beliau meski mentalnya agak sempat jatuh. Aku juga senantiasa memberi keyakinan pada keluargaku, Insya Allah, pendadaran kedua lulus, meski kadang dalam hati merasa kurang yakin, karena saudaraku harus menghadap professor itu lagi karena dia bertindak sebagai dosen pembimbing pengganti. Bulan oktober 2009, Alhamdulillah, keajaiban itu terjadi, setelah direvisi 2 kali ternyata professor itu mengizinkan saudaraku pendadaran di bulan November, padahal prediksi awal saudaraku dosen itu sulit ternyata mudah. Ini adalah hidayah Allah kemudian baru dibantu doa bapak dan mamaku,serta keluarga. Mamaku selalu berusaha sholat tahajud di tengah malam untuk memohon kemudahan kepada Allah terhadap putra-putrinya.
November 2009, tepatnya 1 hari sebelum Idul Adha, akhirnya pendadaran kedua ini dimulai juga pada pukul 13.30. Ketika itu saudaraku mendapat giliran nomor 2, jadi beliau masuk sekitar pukul 15.20an. Ketika itu,mamaku senantiasa berdoa dan membaca Al Qur’an selama pendadaran di rumah. Saya di luar ruangan pendadaran juga terus berdoa semoga dia sukses. Alhamdulillah, sekitar pukul 16.30an beliau keluar dengan wajah tersenyum berbeda dengan pendadaran pertama. Sekitar pukul 17.00, 3 penguji keluar dan sang professor memberi nilai B+ kepada kakak saya “Allahu Akbar”, akhirnya kakak saya lulus juga.
Alhamdulillah, akhirnya pada tanggal 18 Februari 2010, pas saat tanggal lahir saya, kakakku diwisuda. Alhamdulillah, bapak, mama, dan adik, serta aku bisa bahagia bersama dalam momen tersebut. Lega rasanya, sesuai harapan saya dan keluarga. Satu Pelajaran, bahwa tetaplah bersabar akan ujian yang diberikan Allah, karena semuanya mengandung hikmah, Kesabaran itu akan berbuah manis juga. Kita hendaknya mendukung anggota keluarga kita di saat mereka mengalami kesulitan sesuai “Dalam Dekapan Ukhuwah” karya Salim A. Fillah
Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html

Selasa, 23 November 2010

Di Balik Kesulitan Pasti Ada Kemudahan (Saga Skripsiku 2010)


Alhamdulillah,  aku lega dan bersyukur kepada Allah.....Alhamdulillah 'ala kulli hal.....Man Jadda Wajada.....Semangka.....Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.......Sebelum peluit akhir berbunyi jangan pernah menyerah.........itu bebrapa ungkapan yang menjadi salah satu motivasi aku untuk menyelesaikan si "skripsweet" ini. Semua berawal dari mimpi aku ketika KKN, di mana aku akan bergabung menjadi satu tim lagi  dengan teman-teman proyek listrik desa tahun 2008,ternyata mimpi itu jadi kenyataan setelah KKN, tema saat itu bernama GPS CORS, tahu GPS kan teman?? (Global Positioning system) bukan gethuk postioning system, he..he...Sedangkan CORS merupakan sistem GPS yang Real Time datanya.
Dari awal, DPS (Dosen Pembimbing Skripsi) aku mengatakan " kalian harus kerja keras, kalo mau lulus dengan tema GPS CORS" ini. Suatu statement yang membuat aku dan teman-teman termotivasi dan tertantang. Liburan semester genap pas selama  januari 2010, aku dan teman-teman gunakan membuat proposal, karena  ditarget DPS aku harus selesai sebelum beliau ke LN awal Februari 2010. Setelah 5 kali revisi, alhamdulillah proposal diterima dan siap dipresentasikan.
Step awal selesai, tapi pertanyaannya, Alat GPS-nya, jurusan aku belum punya??? lha terus gimana???.  Di pertengahan februari, pertolongan Allah datang, Alat  GPS yang kami butuhkan ternyata dihibahkan ke jurusan kami, alhamdulillah sekarang alat udah ready. Data sekunder yang aku usahakan dari februari, meski sempat berliku2 dengan birokrasi instansi di DIY, bisa didapat setelah 1 bulan, alhamdulillah. Pertengahan maret , seminar proposal dilakukan, alhamdulillah lancar, dengan judul : Rekonstruksi Titik dasar teknik dengan aplikasi GNSS CORS RTK NTRIP. Periode maret-april, survey data primer ke lapangan dilakukan , ada banyak kendala seperti setting alat baru yang kadang masih error,terus ada titik yang mau diukur tiba-tiba hilang, tapi juga ada kemudahan, alhamdulillah.
Alhamdulillah, pada awal Mei, skripsiq di-acc DPS, setelah hampir 4 kali revisi. Bulan Mei-Juni, konsentrasiku  lebih ke PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa dan laporan-laporannya. Finally,setelah menunggu hampir tiap hari di bulan Juni,Jadwal pendadaran muncul :  Jum'at, 9 Juli 2010 jam 9 pagi dan ternyata dari  1 angkatan 2006 pada periode pendadaran juli ini, aku yang terakhir, huwaaaa, benar2 membuat deg2an, he..he..Dari hari senin-kamis, pendadaran itu dimulai dan delapan temanku , alhamdulillah lulus pendadaran semua. H-1 menjelang pendadaran , ada sedikit yg mengganggu pikiranku , yaitu problem internal tim yg tidak pernah aku sangka, tapi sy berpikir ini ujian dari Allah subhanahu wata'ala, aku berharap semua lancar besok.
            Bismillah, 9 Juli 2010 jam 9.15an, pendadaran dilakukan dan aku presentasi dulu sekitar 15 menit, dilanjutkan dengan diskusi. Wah pas diskusi,akhirnya de javu terjadi, aku  "dibantai" semua dosen termasuk penguji aku, mungkin karena pas kompre jawaban aku kurang memuaskan. Mendekati jam 11, ada dosen penguji yg meminta skripsiku dirombak isi dan judulnya diganti dengan data yang sama . Astaghfirullah,dalam hati, aku terkejut dan cuma bisa geleng-geleng kepala, skripsi hampir 4 bulan, failed atau gagal dalam 2 jam. Ya, ketika itu aku disuruh keluar ketua tim penguji untuk penilaian. Setelah beberapa menit, aku berpikir "bisa lulus g niy???”.  Alhamdulillah, dosen penguji dan DPS menyatakan aku "lulus" tapi dengan catatan revisi total, alhamdulillah, rasa sedih dan senang bercampur jadi satu. Ketika itu, langsung sy bersyukur Alhamdulillah, dan sms orang tua aku, tetapi masalah muncul skripsi aku isi dan judul diubah total dengan waktu revisi hanya 12 hari.
            Jam 12an , aku sholat jum'at, aku cuma bisa pasrah dan berdoa kepada Allah. Jam 1 siang, aku ketemu DPS aku, beliau  memerintahkan ke aku " Kamu harus cari judul dan isi baru dengan data yg sama dan ketemu aku jam 3 sore ini". Aku langsung kaget, judul dan substansi baru dalam waktu 2 jam???,mungkinkah?. Aku langsung  sms teman timku, ternyata mereka belum bisa diajak  diskusi waktu itu. Alhamdulillah, di saat yang sulit itu, Allah memberi pertolongan lagi, tiba-tiba saat  aku membuka sebuah juknis (petunjuk teknis) pemetaan , ide judul, rumusan, isi baru langsung muncul dengan tetap menggunakan data yang sama. Ketika itu aku sangat bersyukur sekali, aku jadi ingat buku “Zero to Hero” karya Abu Izzudin, di mana, kita jangan menyerah meski peluang itu tipis. Jam 4an aku ketemu DPS, dan DPS menyetujui ide aku padahal DPS aku itu dikenal agak sulit menerima ide baru langsung ,mesti harus revisi, Alhamdulillah 'ala kulli hal....
Selama sabtu-minggu, aku berusaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul dan isi baru dengan judul : Evaluasi TDT dengan aplikasi GPS CORS ini dengan penuh harap, doa, dan tawakal kepada Allah. Support dari orang tua  dan saudara-saudara aku (meski mereka tidak aku beritahu problemku , aku tidak ingin membebani pikiran mereka) juga menjadi motivasi sampai pikiranku sudah maksimal 100%.  Aku sadar emang sulit soalnya revisi cuma punya waktu 12 hari aja sebelum ke yudisium dengan perubahan total seperti itu, ibarat pertandingan sepakbola, aku sudah kalah telak 0-3 karena 3 dosen penguji aku kemarin menolak skripsiku. Mungkin ketika ketinggalan seperti itu, semangat pasti turun, tapi alhamdulillah, Allah memberi kemudahan. intinya sebelum peluit akhir berbunyi, jangan pernah menyerah (Istanbul turki, 2005). Satu Kesulitan Mustahil Mengalahkan Dua Kemudahan, itu menjadi motivasi aku.
Alhamdulillah, skripsi dengan judul dan isi baru pada hari Senin itu bisa selesai. Senin pagi, aku menghadap ke DPS jam 10an, DPS sudah ok, tapi perlu revisi. Revisi itu, aku kebut 4 jam. Sore hari, meski ngantuk (karena malamnya nonton final World Cup 2010 sambil ngerjain), aku bisa menyelesaikan revisi total, dan menghadap DPS lagi, dan skripsi diterima, Alhamdulillah 'ala kulli hal
            Minggu pada masa revisi itu, aku ikut  menjadi instruktur GPS di workshop CORS di Hotel UC  UGM selama 3 hari. Akan tetapi, jujur  pikiran aku tetap saja tercurah ke skripsi aku, "bisa g ya, skripsi sy ini diterima dosen penguji lainnya?", di sela-sela waktu yang kosong saat acara workshop, sy berusaha menemui dosen penguji, meski mereka sibuk karena yg satu Sekretaris jurusan  dan satunya pengurus S2. Pada hari Jum'at, 16 Juli, habis jum'atan, keajaiban itu datang, Ibu dosen penguji yg menyuruh aku ganti judul dan isi skripsi menerima konsep aku, Alhamdulillah....
Senin, 19 Juli 2010, di pagi hari yang cerah, aku cuma berharap keajaiban datang, aku ingin memberi yang terbaik bagi orang tuaku dan saudara-saudaraku.  Pertolongan Allah itu dekat, 3 Dosen pnguji aku langsung Acc skripsi sy dengan judul dan isi baru pada hari itu juga, Alhamdulillah 'ala kulli hal.  Serasa bisa menyamakan kedudukan dan mencetak 3 goal , skor 3-3, he..he. meski belum final, karena belum yudisium....
Semua karena Allah subhanahu wata'ala semata, aku cuma bisa berikhtiar dan bertawakal. Proses administratif dan yudisium dilakukan 1 minggu , dan tanggal 26 Juli, sidang Yudisum, Alhamdulillah aku lulus. Puncaknya, tanggal 19 Agustus 2010, aku diwisuda di GSP UGM dengan nomor urut 160, Alhamdulillah harapan orang tua aku terwujud, aku bisa lulus tepat waktu karena keberuntungan dari Allah.  Melalui SAGA SKRIPSI ini, aku belajar lagi tentang kehidupan, bagaimana kita menanggapi masalah, mencoba menyelesaikan dengan tetap berharap dan bertawakal kepada Allah. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, Insya Allah. Rencana Allah itu yang terbaik bagi kita, Insya Allah. Jangan pernah menyerah, meski situasi sulit. Tetap semangat dan banyak berdoa. Terima kasih kepada teman-teman yg membantu aku baik langsung maupun tidak langsung, memberi advice kepada aku selama proses skripsi ini.
            (Sarjana Teknik) S.T. sebenarnya menjadi awal perjuangan itu kata mbak esti (saudara aku). Semoga ilmu aku bermanfaat, Insya Allah. habis wisuda, aku berharap  dapat berkarya untuk mengamalkan ilmuku dengan baik. Di dunia ini ada 7 keajaiban di dunia, selama di UGM, alhamdulillah mendapat 7 momen terbaik yang ajaib juga, he..he..             Seminar fenomena arah kiblat tahun 2007--Kemah Kerja 2008--LISDES UGM-PLN 2008-2009--KKN PPM UGM KEMADANG 2009--PKM 2009--skripsi ttg GPS CORS 2010--ditutup Seminar Nasional GNSS CORS RTK NTRIP 2010 itulah 7 pengalaman dan keajaiban yang diberikan Allah kepada aku,Alhamdulillah,  Sekarang saatnya bermimpi, bisa naik haji bareng orang tua, Insya Allah, semoga 2014, bisa,amin, Insya Allah jika Allah mengizinkan. Hidup adalah belajar untuk menjadi lebih baik dan paling utama bertujuan beribadah hanya kepada Allah semata. Semangka!!!!!

 Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html

CAHAYA CINTA DI AKHIR WISUDA


Alhamdulillah. bentar lagi wisuda juga,proses yang ditunggu itu akhirnya datang juga. Pagi itu, aku dan teman-teman seangkatan sebanyak 9 orang berencana mengambil toga wisuda dan foro-foto bareng di studio, tepatnya kalo ga salah 1 minggu sebelum wisuda. Saat itu, bulan Puasa tepatnya Ramadan 1431 H,jadi wisudaku pas puasa,Alhamdulillah. pagi itu sebenarnya kami janjian di kampus jam 7 pagi tepat. Kenyataannya , di kampus, jam 8 pagi itu, aku dan temanku tri yang datang duluan. “Feb, kita ambil toganya harusnya lebih pagi, tadi tak lihat di KOPMA UGM, udah banyak antriannya tuh” kata Tri saat aku dan dia duduk di lobi jurusan. Sontak saja , aku kager” KOPMA?? Bukannya di gedung pusat ya ambil toganya, di kopma tuh, angkatan mahasiswa baru ambil jaket, he..he..”. Tri langsung sadar kalo dia tadi salah lihat antrian. Kemudian setelah jam 9-nan baru 6 orang hadir di kampus. Setelah ditunggu, akhirnya kami berangkat ke gedung pusat UGM. Awalnya, siy prediksi temanku, aris, mesti kami kagak antri hari ini meski saat itu wisudawan Fakultas Teknik terbanyak.
Setelah sampai di sana, kami datang santai dan melihat antrian panjang di salah satu sisi kantor kemahasiswaan gedung pusat. Ternyata di situ ada 2 bilik masuk, yang satu teknik,dan yang satu gabungan MIPA,  Biologi, Kedokteran. Ternyata saran temanku benar, di teknik antriannya sedikit tiba-tiba seorang pengawas memanggil kami. “Mas, dari teknik,langsung masuk aja ke ruangan” kata pengawas itu, yeah, kami g antri akhirnya. Setelah itu aku mengambil togaku. Setelah selesai dapat toga dan bon dari petugas, di belakangku ternyata ada 2 perempuan akhwat yang juga mengambil toga. Ketika melihat mereka, kayaknya, aku kenal wajahnya deh dengan salah satu akhwat tersebut, tapi di mana ya, lupa aku. Akhwat itu mengagumkan juga, tapi aku segera memalingkan pandangan, pertama itu,astaghfirullah karena saat lagi puasa jadi harus tetap menjaga pandangan. Langsung saja, aku dan teman-teman pulang dan foto di studio.
Setelah pulang ke kos, aku agak terngiang-ngiang dengan peristiwa tadi, tapi aku mencoba melupakan. Ketika main di facebook, ternyata ada temanku, Budi, dia sedang chat denganku, dan mengatakan ada temannya yang akan diwisuda agustus ini juga, namanya Tami. Saat itu aku membuka beranda di facebook, kan biasanya ada kumpulan berita dan status dari teman-teman di friendlist,ya secara tiba-tiba muncul gambar foto itu dengan teman-temannya. Ternyata Tami itu, sudah jadi teman aku juga, tapi aku baru tahu orangnya ketika di akhir UGM ini.

Oh ternyata itu toh orangnya, aku juga baru tahu saat pengambilan toga itu. Ya sebatas itu saja, aku berusaha melupakan rasa kagum itu. Pada hari Rabu itu, tiba untuk geladi resik wisuda di Graha Saba Pramana UGM. Aku dan teman-teman berangkat bareng-bareng jam 1 siang itu juga. Sesampai di sana, kami melihat urutan pengumuman wisuda, setelah itu masuk ke ruang wisuda. Lah di sana, Kebetulan juga, tidak sengaja lagi aku melihat dua orang akhwat itu lagi, salah satunya Tami lagi. Mereka duduk di depan sendiri, sedang aku dan teman-teman seangkatanku duduk di tengah. Ya Allah, aku memohon petunjuk-MU, ketika aku pulang dari wisuda itu, saat mau mengurus hotel untuk keluargaku malamnya, aku bertemu dan melihat lagi tami dan temannya di jalan keluar GSP. Setelah menyelesaikan urusan di Hotel UC UGM, secara kebetulan lagi aku bertemu dengan Tami dan temannya, ternyata beliau kos di daerah pogung kidul, tapi aku belum tahu tepatnya karena saat itu aku langsung pulang ke kos bersiap berbuka puasa.
Pada hari wisuda itu 19 Agustus 2010, aku dan teman-teman diwisuda dan diberi ijazah sesuai dengan nomor urut. Nomor urut aku ketika itu 160. Setelah selesai saur dan sholat shubuh dengan  keluarga, aku langsung persiapan pakai toga dan aksesorinya. Pukul 5.30, aku keluar dulu dari hotel untuk absen dan  berbaris terlebih dahulu. Keluargaku bapak, mama, dan adikku rencananya datang jam 8 pagi tepat saat prosesi upacara dimulai. Selama menunggu prosesi upacara, aku dan teman-teman berfoto2 wisuda dengan berbagai ekspresi, he..he..alhamdulilllah lulus juga. Setelah itu, kami disuruh berbaris berdasar nomor urut, wah saat itu karena anak teknik banyak juga, saat diurutin jadi bingung juga soalnya menyebar. Tetap aja belum bisa urut, sampai waktunya barisan berjalan baru bisa urut, saat itu aku langsung lari ke depan mencari urutan wisuda,Alhamdulillah, aku menemukan juga, aku di belakang 2 orang perempuan yang satu dari teknik kimia dan teknik fisika. Setelah itu aku langsung memanggil anung, temanku yang kehilangan urutan, padahal dia di belakangku.
Setelah duduk, aku dan teman-teman mengikuti prosesi wisuda, akhirnya aku mencoba melihat teman-teman UGM yang diwisuda. Akhirnya maju juga aku, di urutan 160, diwisuda oleh “mantan bosku” dalam proyek listrik desa yang sekarang menjadi Dekan FT UGM saat itu,Alhamdulillah, rasanya lega. Setelah itu, aku mencoba melihat teman-teman aku yang diwisuda. Tiba-tiba ada seorang akhwat dengan jilbab merah ungu yang anggun naik ke panggung menerima ijazah, oh ternyata itu Tami lagi. Untuk keempat kali dalam setiap prosedur wisuda aku ketemu beliau, meski belum pernah bercakap-cakap secara langsung siy. Dalam hati aku menganggap itu hanya kebetulan saja mungkin meski rasa kagum itu ada.

Setelah prosesi wisuda selesai, aku dan keluargaku foto bersama di luar gedung kemudian balik ke hotel. Sekitar jam 12 siang , aku dan keluargaku check out dari hotel menuju kosku. Aku dan adikku memindahkan barang-barang kosku ke mobil,aku langsung memutuskan pindah dari kos langsung habis wisuda. Kemudian, setelah itu aku dan keluarga mengikuti perpisahan di jurusan sore harinya. Setelah selesai, Keluargaku balik ke rumah, sedang aku baru pulang ke kampung halaman, 2 hari kemudian, naik motor rencananya.
Pada hari Jum’at, 20 Agustus 2010, pagi harinya, aku langsung ke gedung pusat untuk mengembalikan toga dan perlengkapannya. Setelah itu, aku langsung memutuskan melegalisir ijazah dan mengambil souvenir. Tidak diduga, akhirnya aku benar-benar bertemu dengan tami pas hari itu juga, saat itu aku selesai membayar biaya legalisir, aku menghadap ke sampingku, ternyata Tami juga mau melegalisir. Secara kebetulan,lima kali akhirnya aku bertemu beliau,tetapi aku tidak sempat berbicara ke dia, karena aku langsung balik aja.
Saat perjalanan pulang , aku sempat kepikiran beliau siy, tapi coba aku hilangkan. Tami merupakan akhwat yang benar-benar aku kagumi meski baru beberapa kali ketemu. Dari segi agamanya karena beliau akhlaknya , Insya Allah, bagus, apalagi beliau menjadi mentor dalam AAI. Informasi ini malah aku dapat dari adik angkatanku sendiri yang pernah dimentoring dia. Aku juga salut beliau adalah sorang akhwat tapi belajar di teknik yang unik, yang biasa dipelajari dan digaungkan di Iran dan Korea Utara. Tetapi beliau tetap berusaha istiqomah menjalankan agama islam ini secara kaffah.
Akan tetapi, kadang muncul rasa cinta diselingi kagum, tapi aku berusaha hati-hati karena cinta sejati hanya kepada Allah semata sebagaimana terdapat dalam buku “Jalan Pejuang Para Pencinta” Karya Salim A. Fillah. Baru di akhir kuliah ini, aku merasakan sebersit rasa cinta kepada seseorang karena sebelum-sebelumnya tidak pernah seperti ini. “Ya, kalo berjodoh pasti ketemu lagi” kata temanku seperti itu, dan aku tahu itu , yang penting bagaimana sekarang memperbaiki diri pribadi untuk mendapat cinta sejati dari Allah, Insya Allah.


Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html