Entri Populer

Jumat, 29 Oktober 2010

Duhai Ibu, kupersembahkan baktiku untukmu

Duhai Ibu, kupersembahkan baktiku untukmu

 

Ibu ..kata pertama yang kuucapkan ketika mulai pandai berbicara.
Kalimat paling indah yang pernah ku ulang-ulang …

Apapun yang kukatakan, dan apapun yang kulakukan, takkan bisa aku membalas jasamu duhai ibuku.

Aku takkan melupakan haribaanmu yang penuh kasih sayang
Takkan kulupa malam2 yang engkau lalui tanpa memejamkan mata sepicingpun....Dan hari2mu yang penuh dengan keletihan.

Aku tidak lupa ketika kita semua berkumpul mengelilingi hidangan makan di atas tikar pandan, lalu engkau mendahulukan kami dari pada dirimu dengan segala macam makanan dan minuman yang lezat dan enak.

Betapa lelahnya engkau wahai ibu, ketika kami terlambat pulang di malam hari karena bermain, seluruh penghuni rumah telah lelap, tinggallah engkau menahan kantuk menanti kepulangan kami.

Dulu, engkau takut dan khawatir ketika kami bermain ditepi sungai..aku ingat, engkau pernah marah ketika aku bermain di tepian sungai lalu memukulku, ketika itu aku belum mengerti kenapa engkau begitu marah. Tatkala aku besar dan dewasa. anakmu ini mengerti. Semua itu engkau lakukan karena engkau mengkhawatirkan keselamatan... aku anakmu!!

Aku tidak akan lupa, ketika aku beranjak remaja dan pergi merantau untuk menuntut ilmu engkau ikut bersusah payah bekerja,menumbuk tepung membuat kue dan berjualan mengumpulkan uang dari sana dan sini untuk membantu pendidikan kami anak-anakmu.

Ya Allah .. rahmatilah ibuku

Alangkah sedih hatiku, setelah bertahun-tahun aku tidak pulang, ketika pertama kali aku berdiri di hadapanmu engkau katakan,“Ini bukan anakku”. Karena kondisi dan penampilanku yang tidak seperti engkau bayangkan…

Tak kuasa diriku menahan air mata mendengarnya, membuatku tersungkur memeluk kakimu dan ketika tanganmu membelai kepalaku serasa tetesan-tetesan embun memadamkan kesedihan dan mengobati kerinduan hati.

Setelah perjalanan panjang yang kulalui jauh darimu, akupun pulang ..engkau telah beranjak tua dan lemah. Sungguh engkau telah berikan untukku dan saudara-saudaraku tahun-tahun terindah dan paling manis dalam hidupmu

Berapa sering engkau membela kami. Entah berapa banyak pengorbananmu untuk kami. Engkaulah yang telah menanggung keresahan dan kegundahan kami, engkau selalu berusaha mewujudkan keinginan kami sekalipun kami telah besar.

Dulu dipanggil fulan .. dan hari hari ini orang memanggilku ustadz fulan..semua itu demi Allah tidak lain dan tidak bukan karena anugerah Allah semata kemudian karena jasamu ibu. aku ini demi Allah tidak lain dan tidak bukan adalah satu dari sekian banyak buah kebaikanmu ibu.Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan sebaik-baik pahala

Wahai pemilik senyuman yg tulus, wahai pemilik hati yg dermawan dan penuh kasih sayang
Untukmu aduhai bunga yg tak pernah layu dan mata air yg bening,
Untukmu yg telah mengusap air mataku, membasuh kotoranku, menyuapkan makan dan minum dengan tangannya kemulutku, yg telah menjadikan haribaannya sebagai ketenangan bagiku.
Matanya yg selalu mengawasiku.

kupersembahkan baktiku, semoga Allah membalas segala budi baikmu.

Ya Allah jagalah ibuku dengan penjagaanMu,panjangkanlah umurnya, perbaikilah amalannya, dan tutuplah usianya dengan amal sholeh dijalanMu.

IBU .. TAHUKAH ENGKAU SIAPA ITU IBU?
Dia adalah contoh kasih sayang yang hidup di tengah kita, tidak ada yang memandangnya dengan penghormatan dan penghargaan melainkan orang-orang yang dikasihi Allah. Ibu adalah laksana batu karang kesabaran. Gambaran hidup bagi...sifat pema’af dan lapang dada.

kini aku paham arti ungkapan sebagian orang ‘mendengar bkn seperti menyaksikan’.Aku banyak mendengar ragam ungkapan tentang besarnya keutamaan seorang ibu.Sama seperti yg lainnya, aku mendengar semua itu tapi hanya sebatas lewat ditelinga. Terkadang ungkapan yg indah menggetarkan perasaanku. Kadang kala aku mengangguk-angguk kagum mendengar bait-bait syair yg indah kemudian tidak tampak wujudnya dalam kehidupan nyata.

Ketika aku dapatkan diriku mengikuti fase-fase perkembangan kehamilan istriku selangkah demi selangkah.
Dan ketika ia memasuki bulan yang kesembilan lebih sedikit. Aku bayangkan diriku adalah bayi meringkuk di dalam rahim itu. Aku terus mengikuti dan mengawasi .. aku mulai merasakan sebagian makna-makna tersebut yang sering aku dengar tentang keutamaan seorang ibu.

Aku telah melihat dan melihat sesuatu hal yang luar biasa,membuat kepala menggeleng-geleng, hati tersentuh dan mata menangis. Sejak itu aku benar-benar yakin bahwasanya ibu wanita yang agung ini, manusia tidak akan pernah bisa membalas jasa dan budi baiknya sepanjang masa.

Betapapun indahnya untai kata sebuah puisi dan rangkai kalimat nan lembut sebuah sya’ir
Demi Allah tidak akan ada yang bisa membalas kebaikannya kecuali Allah semata.

Di akhir bulan yang kesembilan itu ..apa yang aku saksikan!! Aku memohon rahmatMu ya Allah ..apakah sanggup seorang manusia menanggung semua kepedihan dan rasa sakit itu??!!

Aku melihatnya menanggung semua itu dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Aku melihatnya dan mendengarnya dan ia tidak sadar ketika ia mengerang kesakitan aku merasakan panasnya pedih yang dirasanya berpindah langsung ke dalam hatiku. Aku berusaha berjuang melawan diriku agar mataku tidak mempermalukanku.

Kemudian tidak beberapa lama, aku dikejutkan lagi oleh dirinya yang tersenyum melupakan kepedihan dan rasa sakit itu, seraya menunjuk ke perutnya ia berkata, “Aku sangat mencintaimu bayiku, aku rindu untuk melihatmu”. Maha suci Allah yang melimpahkan kesabaran kepadanya untuk menanggung kepedihan yang bersambung dengan ruhnya.

apabila bergerak merasa pedih, apabila duduk merintih, apabila berbaring meringis, apabila berjalan letih, apabila berusaha tidur untuk rehat sejenak tidak sanggup. Dia tidak bisa berbolak-balik ditempat tidurnya seenaknya seperti sebelum ia mengandung bayi itu.

Namun begitu ia masih saja sibuk dengan mengatur, membersihkan, merapikan dan mengurus urusan rumah. Serta mengasuh anak-anaknya yang masih kecil; memberi makan,memandikan dan menidurkan mereka. Itu semua dilakukannya sendiri bagaikan mengangkat sebuah gunung.

Dan setelah itu ia masih berujar kepada kesabaran dengan tersenyum, “hai sabar, ambillah pelajaran dariku. Hai sabar, ambillah pelarajan dariku”.

Cobalah dirimu menjadi seorang ibu. Apakah sanggup seorang laki-laki untuk tinggal bersama seorang bayi usia dua atau tiga tahun sepanjang hari kalau tidak dia akan menyumpah serapah atau memaki dirinya sendiri karena kesal atau menyesal.

Demi Allah, hanya seorang ibu saja yang sanggup menanggung itu dengan ridho, rela dan senyuman.

Alangkah indahnya pemandangan ketika seorang  ibu duduk dan di sekelilingnya duduk pula anak-anaknya yang masih kecil, tak obahnya anak-anak burung yang membuka paruhnya supaya ibunya menyuapkan makanan.

Sang ibu membujuk ini untuk makan, bercanda dengan yang lainnya sambil menyuapkannya, dan memberi minum anaknya yang lain setelah berulangkali merayunya. Serta tertawa dengan yang paling kecil agar mau menyantap makanannya.

Semua itu ia lakukan sambil duduk ditengah-tengah mereka dengan posisi yang tidak mengenakkan, hampir-hampir saja seluruh persendiannya menjerit, mengaduh menahan sakit. Namun begitu ia tetap tersenyum dan memberi semangat anak-anaknya agar mau makan.

Kemudian tiba-tiba ia menjerit pelan, ia barusaja menerima tendangan bayi di dalam perutnya maka ia segera memperbaiki posisi duduknya, setelah itu ia kembali tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.
Lantas, janinnya kembali memberikan pukulan dan tendangan lagi seolah-olah ia berkata kepada ibunya, “Aku disini ibu”.

Sang ibu gembira dengan pukulan dan tendangan janinnya, sedangkan janinnya tidak membiarkannya beristirahat barang sejenak.Apabila tidak terasa gerakan janinnya ia takut dan cemas, apabila bergerak ia gembira dan senang.

Subhanallah, beragam rasa sakit dan deritayang saya kira kalau ditimpakan kepada seorang laki-laki berotot barangkali iaakan menjerit sampai terdengar oleh tetangga-tetanggannya.
Adapun dia, tetap sabar mengharapkan ridho Allah, bahkan...tersenyum dan tertawa.

Semoga rahmat Allah untuknya, ramat Allah atasnya dan rahmat Allah bersamanya.

Apabila telah lewat usia kandungan Sembilan bulan, dan telah dekat saat keluarnya janin ke dunia, datanglah musibah itu. Si janin tidak ingin tinggal lagi dirahim ibunya, tapi dia tidak juga keluar dengan suka rela ke dunia fana ini. Ketika itulah rasa sakit yang tidak tertahankan,derita yang tidak ringan

Apakah engkau mengira sakit dan pedih itu berakhir sampai disitu saja?!

Kemudian sering pula janin tidak keluar kecualidengan paksaan, sehingga kadang daging harus disayat, perut dibelah atau di vakum .. kemudian rasa sakit kian bertambah ketika janin mulai keluar ..darah berpacu dengan janin dan kematian serasa di ambang mata, terkadang kematian yang lebih dahulu dan si ibupun mati...sementara janinnya yang hidup.

Apabila sang ibu dikaruniahi usia yang panjang ia sadar setelah menghadapi kondisi yang berat ini, lalu apabila ia melihat bayinya terbaring disisinya, ia pun tersenyum .. hilang rasa sakit, lupa derita yang baru saja dilaluinya.

Ya Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, alangkah menakjubkannya kasih sayang seorang ibu dan kerinduan kepada bayinya. Ia berjuang menghadapi rasa sakit dan kematian kemudian ia berangan-angan rela mati untuk kehidupan bayinya.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Oleh Ustadz Abu Zubair Al Hawary, Lc.
Untaian bait di atas juga beliau sampaikan ketika beliau mengisi kajian ttg Berbakti Kepada Ibu Di Klaten 24 oktober 2010..

 

Senin, 25 Oktober 2010

SECERCAH HARAPAN DARI CAHAYA LISTRIK DI DESA


SECERCAH HARAPAN DARI CAHAYA LISTRIK DI DESA

Bulan Juli 2008, Alhamdulillah, aku akhirnya bisa menyelesaikan salah satu mata kuliah lapangan yang wajib sebagai salah satu syarat skripsi . Ya, mata kuliah itu bernama “KK “, Kemah Kerja,kemah kerja ini semacam kegiatan memetakan daerah dan membuat peta situasi daerah tersebut, tepatnya di daerah Bayat Klaten. Pada awalnya, jujur siy,aku tidak terlalu optimis dengan Kemah Kerja kali ini karena ada beberapa kendala baik dari aku pribadi, faktor alat, maupun tim. Aku kurang percaya diri siy karena aku kurang begitu mahir dalam memegang alat survey, sehingga perlu belajar lagi dan alat yang diperoleh tim kami saat itu agak “jadul” dibanding tim lain. Di kemah kerja ini, aku belajar bersama teman 1 tim yang inspiratif semua, aku bisa mengambil banyak pelajaran dari mereka.
Tepatnya sekitar akhir bulan Juli, aku dan teman-teman bisa menyelesaikan laporan kemah kerja ini dan membuat petanya.  Setelah kemah kerja ini berakhir, aku sempat diskusi dengan temanku fajar. “Wah, feb, habis kemah kerja gini, paling enak proyek , itu lihat contohnya mas Ebi dan Suryanto, mereka langsung proyek di Jambi”, kata fajar sambil bersemangat. Ya, fajar merupakan teman seangkatanku di teknik geodesi UGM, beliau itu salah satu pengurus di Himpunan mahasiswa Jurusanku sehingga tahu kalo ada kakak angkatan yang ikut proyek. Mas Ebi dan Suryanto, emang  kakak angkatan aku yang lumayan sering ikut survey langsung ke lapangan. Setelah aku pikir, benar juga ya bisa ikutan proyek kan bisa sekalian mengaplikasikan ilmuku juga ya, Insya Allah. Tapi pertanyaannya, kapan ya aq bisa ikut proyek??he..he..itu jadi mimpi bagiku, setelah KK ini. 
Di sela-sela mengerjakan laporan di rumah temanku yang bernama burhan. Tidak sengaja , aku bertemu fajar lagi, tiba-tiba aja dia bilang ke aku “Feb, ada lowongan proyek tuh di papan pengumuman di ruang KMTG (Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi), tapi syaratnya mahasiswa yang akan mengambil skripsi”. Terlintas dalam pikiranku, wah tawaran menarik nih,tapi akung untuk mahasiswa yang mau skripsi padahal aku masih di semester 5 , ambil metopen aja belum. “Proyek apa jar? “, terus fajar nambahi sambil ngeluarin bahasa ngapaknya  “jadi drafter feb, tapi dari teknik Geodesi dibutuhin 2 orang aja, yang penting bisa autocad, kayake proyek tentang perlistrikan desa deh, ya kaya kie proyeke”. Proyek yang menarik siy, menurutku tapi apa bisa ya aku ikut. Sore itu aku balik ke kos, semalaman aku pikirkan, mungkin ini petunjuk dari Allah tentang mimpi aku  ya, Wallahu a’lam.
Paginya, aku bertemu dengan kawan-kawan di kampus pas di lobi, ketika itu aku sedang ngobrol dengan Dani, Aris, dan Fajar. Ternyata mereka sepakat mau mencoba, kan kemarin udah ikut KK, jadi sekalian mengaplikasikan ilmu juga siy meski teknis proyeknya  belum tahu. Sejujurnya, proyek ini untuk angkatan 2005 dan 2004 siy, tapi pas waktu itu periode Juli-Agustus 2008, mereka rata-rata KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan KP(Kerja Praktek). Jadi tinggal anak-anak angkatan 2006 aja di kampus yang agak free. Akhirnya siang hari itu, kami pergi ke tempat lowongan proyek itu yaitu di TE UGM atau Teknik Elektro UGM. Di sana, kami disambut oleh seorang mahasiswa TE UGM, yang ada di call number pengumuman itu. Danang, ya, pertama kali ketemu , dia sangat ramah dan menjelaskan teknis seleksi dan kebutuhan akan proyek itu. Danang ternyata angkatan 2006 juga, sekaligus mantan ketua tim ospek kelompoknya Aris.  Kami bertemu di Lab TD (Transmisi dan Distribusi) TE UGM. “oh, ini mas-mas dari geodesi yang ingin ikut proyek ya??untuk mendukung proyek ini , kami membutuhkan 2 drafter mas yang bisa autocad terutama yang bisa gambar peta situasi yang ada konturnya dan proyek ini butuh survey ke lapangan jadi siap bolos kuliah deh, gmana mas-mas bisa?”kata danang dengan ramah. Ya, spontan saja kami berempat menjawab :” Insya Allah, bisa mas, tapi kami masih semester 5 , padahal di pengumuman tertulis mahasiswa skripsi, gmana mas??kami boleh ikut” aku timpali dengan pertanyaan itu sambil harap-harap, he..he..”Hmmm, boleh mas, g p p kok, wong aku juga lagi semester 5, ini tahun ke-2 aku ikut proyek” sahut danang. Ya, danang termasuk anak yang rajin ikut proyek kayaknya, soale semester -2 udah ikut proyek ini. “Lha mas , karena ini ada 4 orang, dan kita butuhnya 2 orang, gmana kalo kita adakan seleksi ya, ya buat sketsa aja garis kontur dengan kertas HVS ini daerah belakang FT UGM kemudian digambar di autocad, ntar hasilnya dikumpulkan ke aku ya, minggu depan ya”. Setelah itu, kami berempat menyanggupinya, langsung ambil kertas, dan menggambar sketsa kontur. Ya, dari keempat orang , kadang aku merasa gambar aku bakalan kurang deh, tapi ganbatte dan nothing to lose aja, dicoba dulu, Alhamdulillah, sketsa kontur selesai aku buat dan kemudian kami berempat pulang ke kos masing-masing.
2 hari kemudian, ada berita mengejutkan dari Dani. “Maaf, feb, kayake aku g jadi ikut proyek, soale dalam proyek itu bolos kuliah juga siy dan aku ada amanah lain, jadi belum bisa ikut” kata dani begitu. Dani memutuskan mundur, akhirnya tinggal kami bertiga, aku, fajar, dan aris. Pada hari yang ditentukan, akhirnya kami bertemu lagi dengan danang, di lab TD lagi. Ada hal yang istimewa pada saat itu ya, kami juga betemu pimpro (pimpinan proyek) ini bapak Dr. Suharyanto yang juga merupakan PPJ kemahasiswaan TE UGM. Di sana, kami disambut danang dan kami dipersilakan duduk. “ Teman-teman , maaf niy nunggu pak Suharyanto dulu ya untuk hasil seleksinya dan teknis proyek secara khusus kepada kalian” tambah danang. Hampir selama 30 menit kami menunggu di meja tamu Lab TD, karena pak Hari (panggilan akrab pak Suharyanto) sedang rapat di Jurusan. Beberapa saat kemudian , tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu Lab dan ternyata muncul Pimpro kami, ternyata beliau masih muda, Dosen Muda TE UGM. Setelah duduk, Pak Suharyanto memperkenalkan diri dan mengajak kami berkenalan. Kemudian kami bertiga menyerahkan hasil sketsa kontur dan peta kontur hasil autocad. “Cukup bagus mas, hasilnya, tapi kami hanya butuh dua orang, gmana??” kata Pak hari begitu. Akan tetapi, setelah kami bertiga berdiskusi, karena ini proyek pertama dan harus share waktu dengan kuliah dan organisasi, kami memutuskan untuk membuat tim aja . “Maaf, pak, karena pertimbangan waktu dan akademik, gmana kalo kami jadi satu tim aja dengan formasi 4 orang??”, permintaan aku begitu. “Oh g p p mas, tapi ntar fee-nya dibagi berempat lho, he..he., gmana”, tambah pak Hari, sambil agak ketawa. “Oh, g p p, pak, wong kami juga ikut proyek ini untuk nambah pengalaman pak, he..he..” tambah Aris. Akhirnya suasana yang awalnya serius jadi santai dan penuh canda, “Ya, deal mas, tapi tim anda harus ada koordinatornya siapa mas?” kata pak Hari. Fajar langsung menimpali “Febrian aja , pak”. Ya, akhirnya aku terima deh, pengalaman pertama jadi coordinator proyek meski baru planning project. Alhamdulillah, kami bertiga keluar dari lab TD dengan hari gembira karena akhirnya berhasil dapat proyek. Tetapi kami masih berpikir siapa anggota ke-4 dari tim ini, setelah diskusi, akhirnya aku menyebut nama Anung, dan teman-teman setuju juga, spontan aku sms dia, dan Alhamdulillah siy Anung, mau bergabung jadi 1 tim proyek.
Proyek Lisdes ini adalah Program yang sangat positif dari Pemerintah karena awalnya aku berpikir pendanaan ini awalnya dari PLN semua ternyata untuk pengembangan Listrik Desa khususnya di DIY (lokasi proyek aku) ditangani oleh Disperindagkop unit pertambangan dan energy dan Dinas PU provinsi DIY.
Bagiku, proyek ini kenapa aku anggap besar karena melalui proyek lisdes ini, aku bisa  melihat dan merasakan secara langsung bagaimana keadaan masyarakat desa yang belum terlistriki (saat itu aku dan tim survey secara langsung). Suatu saat di suatu desa di daerah Kulon progo, aku melihat beberapa rumah yang benar-benar belum terlistriki ditambah lagi akses jalan ke situ belum ada penerangan, jadi mereka bisa beraktivitas hanya pada pagi-sore hari aja. Saya jadi ingat ungkapan mas salim dalam bukunya dalam dekapan ukhuwah bahwa hendaknya kita peka terhadap apa yang dialami orang lain di sekitar kita, mencoba memahami mereka dan membantu mereka.
Proyek ini berjalan dari Agustus 2008 – Desember 2009. Aku dan teman-teman mendapat banyak pengalaman terutama saat bisa berinteraksi dengan masyarakat desa yang belum terlistriki. Aku  masih ingat ketika di suatu dusun di Gunung kidul, aku melihat ada kabel-kabel dari tiang2 listrik yang terbuat dari kayu. Miris sekali karena , kalo tiang listrik dari kayu mesti berbahaya bisa timbul kebakaran, dan kadang kabel tiang listrik kayu itu dipasang sampai melewati bukit menghubungkan 2 desa, agak parah emang. Warga desa yang kami survey ketika mereka bertemu dengan tim kami, mereka sangat welcome dan berharap sekali desa mereka bisa dilistriki. Aku senantiasa ingat ketika ada seorang nenek tua yang sedang menggendong dagangannya berkata “Mas, mau masang togor (tiang) listrik ya, semoga bisa segera dipasang nggih, soale biar kalo malem bisa terang desa ini dan anak-anak bisa belajar di malam hari karena biasanya anak-anak pakai lampu petromax dan sentir”. Prihatin juga dengan keadaan tersebut, aku jadi ingat ibu aku dulu di tahun 1980 saat SMA, beliau baru bisa menikmati listrik di desa di kabupaten purworejo, sebelumnya ibu dan saudaranya memakai lampu petromax dan sentir kalo pas malam hari. Dan di zaman tahun 2000nan ini, masih juga terdapat desa yang belum terlistriki padahal katanya zaman udah maju, sebuah ironi untuk bangsa ini, meski sekarang udah terdapat solusi dari pemerintah.
Sejak periode Lisdes DIY periode 2008-2009 , hampir 20 desa sudah aku survey bersama tim dari geodesi dan elektro untuk desainnya. Aku jadi mengerti bahwa, pemerintah melalui departemennya dan PLN telah bekerja positif untuk memenuhi target elektrifikasi listrik desa tahun 2010 yang pernah dicanangkan bapak R. Harjoko, saat ekspose proyek tahun 2009. Salah satu yang pernah aku ingat dari teman aku, danang, bahwa proyek lisdes ini merupakan tanggung jawab kita kepada masyarakat. Jika proyek ini berhasil memasang tiang listrik di desa tersebut, masyarakat pun bisa melakukan aktivitas secara optimal baik dari segi pendidikan maupun pekerjaan. Banyak sekali potensi usaha yang bisa dikembangkan masyarakat desa khususnya DIY jika listrik terpasang di desa mereka. Secara otomatis, listrik desa bisa menggerakkan perekonomian desa dan mensejahterakan rakyat. Di samping itu, adik-adik yang masih sekolah bisa belajar di malam hari dan meningkatkan prestasi mereka. Secara otomatis gap kualitas sekolah di desa dan kota akan berkurang secara signifikan jika akses listrik ada. Aku selalu bersyukur pernah ikut proyek ini karena meskipun skalanya tidak terlalu besar, tapi aku bisa merasakan kebahagiaan di sini, karena saya juga mengingat sebuah hadits Nabi Rasulullah SAW  :
“Setiap Kebaikan adalah sedekah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Aku berharap semua yang dilakukan tim Lisdes bisa mendapat pahala dari Allah. Semoga Listrik desa bisa terwujud 100% di masa yang akan datang, Insya Allah,amin


Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html
Diselesaikan di karanganyar pukul 14.00 ,25 oktober 2010
Cerpen   ini saya dedikasikan kepada
1.      Masyarakat desa di Indonesia khususnya masyarakat desa yang belum terlistriki di Indonesia dan desa yang pernah saya survey
2.      Bapak Dr. Eng. Suharyanto yang telah memberikan bimbingan selama proyek lisdes, saya berharap suatu saat kelak bapak bisa menjadi anggota DEN (Dewan Energi Nasional) untuk memajukan indonesia
3.      Bapak Heru dan Wisnu, desainer jaringan listrik yang bagus, mksy atas kerjasama dan bimbingannya
4.      Danang( semoga tambah sukses di Exxon ), Alvi, taufiq , Mas Ali, Mas Haryo dari tim Elektro UGM
5.      Aris, Anung, Fajar, dan adik2 penerus lisdes huda, dani, fauzi, dan dono dari Tim Geodesi UGM
6.      PT PLN, Disperindagkop dan DPU DIY

Kamis, 21 Oktober 2010

Belajar dari tukang cat


Pagi itu cerah, tepatnya bulan Mei pertengahan di Karanganyar. Saat itu aku baru saja selesai  mengumpulkan draft skripsiku ke pengajaran sehingga tinggal nunggu sidang pendadaran bulan juli 2010. Mamaku terus bertanya “Dik, skripsinya udah jadi kan?gmana kalo mengecat rumah bagian belakang dik?”, ya, pada saat itu emang, rumah bagian belakang, tepatnya dekat dapur baru diperbaiki tapi belum dicat. Secara spontan, saya menjawab “Insya Allah,Ma, saya bisa, mumpung masih luang”. Ya, jadi tukang cat di rumah sendiri, he..he.. Alhamdulillah, mungkin jadi pengalaman menarik juga. Tapi sebenarnya, aku belajar mengecat rumah itu sejak kelas 2 SMP lho , saat mengisi libur sekolah, bantu bapak.
                Ketika mengecat rumah bagian belakang itu, saya merasakan sekali gmana pekerjaan cat pun butuh keahlian. Bagaimana kita mengecat secara halus, terus mengecat di tempat2 yang sulit seperti atap rumah.  Setiap mengecat, aku pakai ‘”jagrag” atau tangga penyangga untuk membantu saat mengecat di tempat yang agak tinggi. Selama 1 minggu, saya berhasil mengecat bagian belakang rumah dengan hasil “cukup”, he..he…Saya jadi tahu ternyata mengecat rumah itu menyenangkan tapi melelahkan juga siy tapi agak puas. Ada banyak hikmah yang bisa saya petik ketika belajar jadi tukang cat. Profesi ini emang bukan profesi   menghasilkan pendapatan yang besar, tapi tetap harus tetap kita hargai. Seorang tukang cat apalagi kalo mereka mengecat di gedung yang tinggi , jelas mengandung banyak resiko terutama resiko jatuh, tapi para tukang cat tetap professional untuk melaksanakan tugasnya. Salut bagi para tukang cat yang telah mengecat gedung-gedung itu dengan baik meski resikonya besar
                Jadi tukang cat, hendaknya malah bisa membuat kreatif juga lho, pernah suatu saat , tangga yang saya pakai kurang bisa mencapai tembok atap rumah. Kemudian terlintas dalam pikiranku, “ah, gabungin aja sapu dengan kuasnya, he..eh..”. Ya, dari ide itu ternyata, saya akhirnya bisa mencapai tembok tinggi itu, sehingga bisa dicat juga,Alhamdulillah.
                Di samping itu , ketika belajar jadi tukang cat, minimal kata mamaku , aku bisa belajar jadi bapak rumah tangga yang bisa mengelola rumah sendiri ketika punya keluarga kelak. Bisa ngecat sendiri, bisa memperbaiki listrik dan air sendiri ketika rusak. Intinya jadi tahu deh, gmana rasanya mengelola rumah, satu hal lagi yang saya petik.
                Setelah wisuda pun, Mama mempercayakan aku lagi untuk mengecat bagian depan rumah, dan bisa saya selesaikan dengan baik, Alhamdulillah. Hitung2 sebelum merantau bisa memberi yang terbaik bagi rumah. Inti dari tulisanku ini ternyata, apapun profesi orang lain itu harus tetap dihargai teman-teman termasuk tukang cat. Jadi , jangan suka mengotori tembok rumah bahkan tembok fasilitas umum, karena untuk mengecatnya pun, para tukang cat itu sudah berusaha dengan baik, jadi hendaknya kita menghargai mereka.

Diselesaikan pukul 9.18 di Karangayar 22-10-2010

Best regard

FWH

Selasa, 19 Oktober 2010

Man shabara zhafira

Man shabara zhafira, siapa yg bersabar akan beruntung, jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yg akan terjadi didepan, karena yg kita tuju bukan sekarang, tapi ada yg lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yg telah menemukan misinya dalam hidup. (NEGERI 5 MENARA..., A.FUADI)

A Letter for President ( A hope for Village Electrification(lisdes))


Reflection 20-10-2010
Lisdes atau program Listrik Desa adalah pengalaman saya yang paling berharga selama di UGM.  Inilah proyek pertama saya sebagai mahasiswa, tepatnya setelah KK (Kemah Kerja) 2008. Ini adalah awal mimpi bagi saya, karena tidak mengira di semester 4 bisa ikut proyek, Alhamdulillah. Sejak awal, saya berpikir proyek pertama ini akan menjadi hal yang besar bagi saya, meskipun proyek lisdes yang saya dan tim ikuti ini baru tahapan perencanaan desain jaringan listrik desa. Waktu itu,saya dari tim Geodesi UGM terdiri dari 4 orang, mendukung tim Elektro UGM. Listrik desa merupakan bagian dari program Elektrifikasi pemerintahan RI yang Alhamdulillah, sampai tahun 2010 ini sudah mencapai 65% di Indonesia.
Program yang sangat positif dari Pemerintah karena awalnya saya berpikir pendanaan ini awalnya dari PLN semua ternyata untuk pengembangan Listrik Desa khususnya di DIY (lokasi proyek saya) ditangani oleh Disperindagkop unit pertambangan dan energy dan Dinas PU provinsi DIY. Bagi saya proyek ini kenapa saya anggap besar karena melalui proyek lisdes ini, saya bisa  melihat dan merasakan secara langsung bagaimana keadaan masyarakat desa yang belum terlistriki (saat itu saya dan tim survey secara langsung). Suatu saat di suatu desa di daerah Kulon progo, saya melihat beberapa rumah yang benar-benar belum terlistriki ditambah lagi akses jalan ke situ belum ada penerangan, jadi mereka bisa beraktivitas hanya pada pagi-sore hari aja. 
 sumber : http://boeangsaoet.wordpress.com/page/5/

Saya juga masih ingat ketika di suatu dusun di Gunung kidul, saya melihat ada kabel-kabel dari tiang2 listrik yang terbuat dari kayu (gambarannya mirip dengan gambar di atas yang merupakan gambaran di luar jawa, daerah pakpak barat)..Miris sekali karena , kalo tiang listrik dari kayu mesti berbahaya bisa timbul kebakaran, dan kadang kabel tiang listrik kayu itu dipasang sampai melewati bukit menghubungkan 2 desa, agak parah emang. Warga desa yang kami survey ketika mereka bertemu dengan tim kami, mereka sangat welcome dan berharap sekali desa mereka bisa dilistriki. Saya senantiasa ingat ketika ada seorang nenek tua yang sedang menggendong dagangannya berkata “Mas, mau masang togor (tiang) listrik ya, semoga bisa segera dipasang nggih, soale biar kalo malem bisa terang desa ini dan anak-anak bisa belajar di malam hari karena biasanya anak-anak pakai lampu petromax dan sentir”. Prihatin juga dengan keadaan tersebut, saya jadi ingat ibu saya dulu di tahun 1980 saat SMA, beliau baru bisa menikmati listrik di desa di kabupaten purworejo, sebelumnya ibu dan saudaranya memakai lampu petromax dan sentir kalo pas malam hari. Dan di zaman tahun 2000nan ini, masih juga terdapat desa yang belum terlistriki padahal katanya zaman udah maju, sebuah ironi untuk bangsa ini, meski sekarang udah terdapat solusi dari pemerintah.
Sejak periode Lisdes DIY periode 2008-2009 , hampir 20 desa sudah saya survey bersama tim dari geodesi dan elektro untuk desainnya. Saya jadi mengerti bahwa, pemerintah melalui departemennya dan PLN telah bekerja positif untuk memenuhi target elektrifikasi listrik desa tahun 2010 yang pernah dicanangkan bapak R. Harjoko, saat ekspose proyek tahun 2009. Salah satu yang pernah saya ingat dari teman saya, danang, bahwa proyek lisdes ini merupakan tanggung jawab kita kepada masyarakat. Jika proyek ini berhasil memasang tiang listrik di desa tersebut, masyarkat pun bisa melakukan aktivitas secara optimal baik dari segi pendidikan maupun pekerjaan. Banyak sekali potensi usaha yang bisa dikembangkan masyarakat desa khususnya DIY jika listrik terpasang di desa mereka. Secara otomatis, listrik desa bisa menggerakkan perekonomian desa dan mensejahterakan rakyat. Di samping itu, adik-adik yang masih sekolah bisa belajar di malam hari dan meningkatkan prestasi mereka. Secara otomatis gap kualitas sekolah di desa dan kota akan berkurang secara signifikan jika akses listrik ada.
Pertumbuhan ekonomi meningkat jika elektrifikasi dan konsistensi suplai listrik bisa sejalan. Salut untuk pemerintah yang akan mengadakan proyek 10.000 MW, saya berharap setiap pegawai PLN bisa meniru semangat bapak Dahlan Iskan sehingga kinerja PLN semakin meningkat. Pemerintah dan PLN juga telah mengembangkan listrik dari batubara, geothermal , maupun hal lain untuk mewujudkan proyek 10.000 MW itu dengan baik. Apalagi suatu saat kelak Indonesia bisa mengembangkan PLTN atau listrik dari nuklir, saya berharap DEN (Dewan Energi Nasional) bisa berkonsultasi dengan semua departemen terkait dan masyarakat untuk mewujudkan PLTN karena di Indonesia sudah banyak ahli nuklir khususnya dari teknik nuklir sehingga mereka bisa berkarya dan mengaplikasikan ilmunya untuk kepentingan Indonesia secara langsung. Saya berharap elektrifikasi bisa diprioritaskan untuk kepentingan listrik desa, di samping industry dan kota.
Inilah suatu harapan dari saya untuk pemerintahan bapak presiden sebagai refleksi 1 tahun pemerintahan (20-10-2010). Saya sadar proyek lisdes yang saya ikuti bukan sebesar proyek pertamina, pembangunan jalan tol, atau proyek besar lain, tetapi proyek ini adalah proyek besar bagi saya karena di sini saya mengerjakan semua berdasarkan hati, harapan, dan semangat untuk membantu masyarakat khususnya masyarakat desa yang belum terlistriki. Saya berharap program elektrifikasi pemerintah bisa meningkat terus khususnya listrik desa.

Diselesaikan di karanganyar pukul 22.36 ,19 oktober 2010
Tulisan (notes ke-150 di fb)  ini saya dedikasikan kepada
1.      Masyarakat desa di Indonesia khususnya masyarakat desa yang belum terlistriki di Indonesia dan desa yang pernah saya survey
2.      Bapak Dr. Eng. Suharyanto yang telah memberikan bimbingan selama proyek lisdes, saya berharap suatu saat kelak bapak bisa menjadi anggota DEN (Dewan Energi Nasional) untuk memajukan indonesia
3.      Bapak Heru dan Wisnu, desainer jaringan listrik yang bagus, mksy atas kerjasama dan bimbingannya
4.      Danang( semoga tambah sukses di Exxon ), Alvi, taufiq , Mas Ali, Mas Haryo dari tim Elektro UGM
5.      Aris, Anung, Fajar, dan adik2 penerus lisdes huda, dani, fauzi, dan dono dari Tim Geodesi UGM
6.      PT PLN, Disperindagkop dan DPU DIY

Minggu, 10 Oktober 2010

3 kemungkinan terkabulnya doa

Sudah bertahun-tahun, si Muhammad selalu memanjatkan do’a. Tak kunjung pula dikabulkan. Lama-kelamaan ia pun lantas berputus asa.
Mungkin ada satu pelajaran yang si Muhammad belum mengetahuinya termasuk pula kita. Perlu dibedakan bahwa setiap do’a yang kita panjatkan—jika memang terpenuhi syarat-syaratnya—niscaya diijabahi. Namun belum tentu yang kita minta bisa persis seperti itu. Boleh jadi Allah beri yang lebih baik. Boleh jadi Allah alihkan ke pilihan lain karena siapa tahu yang kita minta bisa mencelakakan diri kita. Barangkali pula Allah berikan persis sesuai dengan apa yang kita minta. Ini semua tergantung pada hikmah Allah Ta’ala.

Contoh gampangnya seperti seorang dokter. Ia mendapati pasien yang sakit dan ingin diobati. Si pasien mengeluhkan penyakitnya seperti ini dan seperti ini. Lantas dokter pun memberikan ia resep obat. Boleh jadi yang ia beri adalah yang persis yang diminta oleh si pasien. Boleh jadi pula dokter beri resep yang lebih baik, lebih dari yang si pasien kira. Boleh jadi pula si dokter memberi resep obat yang lain, tidak seperti yang si pasien minta, namun dokter tersebut tahu mana yang terbaik. Demikianlah permisalan terkabulnya do’a.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.” (HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa'id; derajat hasan)

Ingatlah bahwa Allah Ta’ala memang Maha Mengijabahi setiap do’a. Allah Ta’ala berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu'min: 60). Boleh jadi Allah mengabulkan do’a tersebut sebagaimana yang diminta. Boleh jadi Allah ganti dengan yang lebih baik. Boleh jadi pula Allah ganti dengan yang lain karena yang kita minta barangkali tidak baik untuk kita.
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 216)

Jika setiap orang memahami hal ini, maka tentu ia akan terus banyak berdo’a dan banyak memohon pada Allah. Karena setiap do’a yang dipanjatkan pasti bermanfaat. Segala sesuatu yang Allah karuniakan, itulah yang terbaik.
Janganlah berputus asa! Don’t give up!
Semoga sajian singkat ini bermanfaat.

Tulisan ini terinspirasi dari kitab mungil yang ditulis oleh Khalid Al Husainan, dengan judul Aktsar min 1000 Da’wah fil Yaum wal Lailah.
Written in the afternoon, after Zhuhur, on 2th Dzulqo’dah 1431 H in Riyadh, King Saud University, KSA
By: Muhammad Abduh Tuasikal
www.rumaysho.com

Jumat, 08 Oktober 2010

Lagi: Inspirasi Pergaulan Ikhwan dan Akhwat (muhasabah diri)

 Muhasabah diri, dan bahan introspeksi diri, saya ambil di situs :
http://maulsyahidah.wordpress.com/2010/06/09/lagi-inspirasi-pergaulan-ikhwan-dan-akhwat-1/#comment-137


Jika Kau Tak Ingin Patah Hati,
Jika Kau Ingin Cinta Sejati,
Pastikan Kau Selalu Bersama Ridho Illahi,,,,
Inilah kesimpulan saya setelah membaca tuntas buku Laa Tahzan for Broken Hearted Muslimah, sebuah buku yang merupakan kompilasi apik berisi tentang pengalaman muslimah dari penjuru nusantara tentang kisah patah hatinya terhadap makhluk bernama laki-laki dan hikmah yang mereka jadikan pijakan hidup untuk meraih cinta Allah yang pasti. Kompilernya (maksudnya,,yang mengkompilasi), siapa lagi kalo bukan mbak Asma Nadia.
Hampir sama dengan buku Catatan HAti Seorang Istri, pengamalaman-pengalaman unik ini menghadirkan keterkejutan-keterkejutan sendiri bagi saya yang membaca. Menghadirkan beribu makna muhasabah dan semakin mengasah sensitivitas terhadap fenomena sosial yang mulai banyak berkembang.
Buku ini mejadi menarik untuk dikaji fenomena sosialnya, mengingat pengalaman yang ditulis oleh para muslimah ini beragam. Mulai dari muslimah yang mencoba untuk bertahan pada jalan lurusnya, muslimah yang menemukan hdayahnya melalui kisahnya, hingga pengalaman muslimah yang notabene sudah ada cap sosial “akhwat aktivis”. Terakhir ini yang bikin saya tergelitik untuk menulis catatan ini.
Tulisan ini saya berikan khusus kepada diri saya sendiri dan juga kepada teman-teman muslimah dimanapun antuna berada. Tapi tidak menutup kemungkina bagi para ikhwan (saudara laki-laki) utuk membacanya sebagai referensi tambahan ketika beriteraksi dengan makhluk bernama akhwat

Semuanya Bermula dari Interaksi
Sebagai manusia umumnya, interaksi adalah sarana untuk mencapai kebutuhan yang kita inginkan. Kita pengen pinjem sesuatu,,berinteraksi dg orang yang punya barang yang dimaksud, kita mau beli sesuatu, interaksi dengan penjual yang bersangkutan.
Interaksi, tak akan pernah bisa dihindari. Apalagi sistem organisasi yang menjadikan kita cukup intens untuk berinteraksi dengan makhluk bernama laki-laki-sebut saja ikhwan-biar singkat. Adab pergaulan ikhwan akhwat harus jadi pathokan.
Jujur, hal ini gampang-susah-gampang. Secara tidak sadar, komunikasi yang awalnya sebaga partner kerja, berubah menjadi komunukasi sosial. Sangat susah untuk bisa mengatur hal ini dalam waktu yang sama. Apalagi, kalau punya cerita masa SMA bareng alias konco cilik. Bisa dipastikan, walaupun dalam kerja, bahasa komunikasi yang digunakan adalah bahasa konco dhewe. Nggak masalah sebenarnya, sepanjang dalam koridor yang penting dan orientasi kerjaan.
Tapi, biasanya komunikasi sosial yang tidak sehat akan berlanjut kepada hal-hal yang tidak penting untuk dikomunikasikan. Misal..(kalau ada yang merasa pernah seperti contoh-contoh dibawah ini, anggap saja sedang bagi-bagi ilmu ^^’ semoga pahalanya juga buat antum)
Tiba-tiba pukul 23.00 tahun 2004
Wah,ane lagi di Goa ……. Nih, lagi bareng sama anak-anak pramuka nyusurin goa. Subhanallah,,….bla..bla..bla…”
Aneh…ngapain juga malam2 gini sms ginian, gak penting kirain apa. Waktu itu, saya coba sms tanggapan sekali, sebagai tanda menghormati. Tapi kayaknya salah deh,,,truss ms lagi, lupa apa isinya, intine masih bahas hal yang sama,,mengin-mengini untuk berada di sana. Waktu itu ada temen akhwat juga di sebelah saya. Akhirnya qt balas dg cut,soale kalo dinikmatin emang enak. Apalagi Cuma sms an berdua. Hiiiyy..
“Woi,,sms gak penting. So what gitu loh….Udah hampir tengan malam pula” (heheh,,,galak pisan)
Dan akhirnya,,,si ikhwan sadar:
“Afwan…”
Sms pun berakhir…..fiiiuuuhhh…..
Pernah juga sekian lama tak bertemu dan bertegur sapa dengan seorang teman. Ketemu di walimahan temen yang juauh di Jawa timur sono. Pas ketemu di tempat walimahpun hanya tegur sapa ala kadarnya. Pas saya di bus perjalanan pulang,,,,,ada sms masuk (tidak seperti aslinya, sudah saya translate dalam bahasa Indonesia, dan tidak setekstual aslinya. Tapi artinya sama)
“Assalaamu’alaikum. Dah nyampe mana, nih? Naik apa? Tadi pas makan taklihat nambah berkali-kali. Awas lho, nambah ****”
Walopun hati saya langsung berteriak: “ra penting!!!!”, tapi lagi-lagi akhwat ya,,merasa gak enak dan berusaha untuk meghormati dulu. Saya balas dg balasan ala kadarnya dan sedikit membalas gurauannya. Eeehh,,,ternyata malah lanjut. Akhirnya setelah sms ketiga,,saya cut (lupa bahsane, intine aluusss,,banget):
“Afwan pak, hanya mengingatkan, ketoke wet mau sms ra penting deh. Saya udah mulai gak nyaman, nih. Afwan ya…”
Dan Alhamdulillah,,,,
“Iya, afwan. Jazakillah sudah diingatkan.”
Duuhhh,,,sambil nulis ini,,,saya *dleweran tangis*. Ini hanyalah sebagian kecil yang saya cut. Selebihnya,,lebih banyak sms yang tidak saya cut, bahkan mungkin saya nikmati. Astaghfirullaahal’adzim….T.T Maafkan hamba, yaa RAbb…..
Semoga contoh-contoh ini bs jadi contoh real yang dipahami. Bahwa sering kita terpelosok di interaksi yang berlebihan. Bahkan mungkin akhirnya sampai-sampai,,,teman-teman di sekitar kita menganggap kita tahu segala hal tentang salah seorang ikhwan. Dia lagi di mana, kerja di mana, sehat apa sakit, bagaimana aktivitas da’wahnya, kapan pulang..dsb. Dan kalau kita ternyata tahu semua jawaban pertanyaan itu,,,astaghfirullaaha’adzim…… (cry)
Saya pernah menyampaikan contoh-contoh ini sewaktu mengisi kajian bertema “Cinta” di Saturday Sonten-nya Sm@rt Syuhada. Ternyata,,banyak memang, baik ikhwan maupun akhwat yang tidak sadar bahwa komunikasi semacam iu sudah di luar batas normalnya interaksi ikhwan da akhwat.
Mari saling mengingatkan…..

Ingatlah Bahwa Akhwat juga Manusia
Sehebat apapun akhwat, segalak apapun dalam kerja organisasi, tetap saja dia dibuat dari tulang rusuk laki-laki. Tetap saja hatinya lembut selembut kapas. Kena air aja dikit, mimpes..wkwk..wat..akhwat maap ye. Sadarlah bahwa ada fitroh yang seperti itu (menasihati diri sendiri..T_T). Pun sampai ketika ikhwan-ikhwan sudah tidak menganggapmu sebagai akhwat lagi dan menganggapmu sebagai ikhwan berwujud akhwat (doohh,,,jadi menohok diri sendiri.teganya, mereka berkata begitu padaku). Tetap saja, Allah menganugerahi segala hal tentang perempua, padamu, Akhwat.
Ikhwan yang berinteraksi dengan akhwat macam begini (emangnye barang?), juga jangan adhem ayem. Mentang2 iso dijak taekwondo n pecicilan, njuk tidak memperhatikan aspek ini. Seenaknya interaksi dengan hal-hal yang gak penting. Kalau gayung bersambut piye jal? (puas?). Tetap kembali, bahwa akhwat tetap akhwat, apa pun tampilannya :D
Misalnya nih, bagi ikhwan, sekedar mengirim sms:
“Assalaamu’alaikum, ukht. Gimana kabarnya? Katanya besok ada reunian ya? Bla..bla,,,bla,,,”
Sepengetahuan saya, biasane tuh ikhwan cuma ngarah mudahnya aja. Biasanya tanya yang begituan ke sesama ikhwan, balasnya lamaaaaaaaa,,,bgt. Atau mungkin gak dibalas sama sekali (ini beberapa alasan yang muncul ketika saya tanya, kenapa tanyanya ke akhwat,padahal ikhwan yang lain banyak).
Mari kita lihat dari sisi akhwat. Kalau sisi kuatnya lagi normal, sms ini akan menjadi biasa saja, dijawab dengan mudah juga, padat,singkat, dan jelas.
“Alhamdulillah baik. Ya, Insya Allah ada, tanggal 30 Juni 2010 di gedung XYZ.”
Tapi siapa yang tahu hati? Kapan dan di mana sedang lemah? Kalau sedang gak normal alias mellownya keluar,,,,sms singkat itu bisa diartikan macam-macam.
Waah,,,tanya kabarku. Waah,tanyanya ke aku, bukan yang lain,,waaahh,,jadi penasaran kabarnya skarang gimana ya? Dan akhirnya…mengalirlah sms mungkin sampe dari pagi mpe maghrib gak berhenti sms an. Dan muncullah noda itu. Harapan yang aneh-aneh gara-gara ke Ge-eR an. Duh akhwaaatt,,,,,( di sisi lain, si ikhwan hanya menganggap sms biasa aja,,tanpa tendensi apapun) :D
Pernah ada kejadian yang bikin geli dan juga gemes setengah mati (kayaknya lebay deh). Ada akhwat yang punya teman ikhwan selama 7 tahun masih aja 1 organisasi. Akhwat ini mengenal ikhwan tersebut sebagai orang yang baik kepada siapapun. Tanpa tendensi pas berbuat baik ni. Suatu saat, si akhwat ni wisuda. Dan memang, akhwat ni tidak mengundang siapapun dalam wisudanya kecuali makan-makan ba’da acara wisuda di kampus, dan speial hanya untuk teman-teman akhwat dalam lingkarannya (heheh). Tak seorangpun tahu kecuali yang diundang.
Kejadian yg bikin gemes ada disini. Ketika acara wisuda hampir selesai, ada telpon. Kirain si akhwat, dari keluarga yang udah nunggu. Ternyata si ikhwan baik ini yang telp. Tanya udah selesai belum acaranya, trus bilang kalau dia lagi ada di tempat wisuda. Detik pertama si akhwat ni kaget bukan main, masalahnya si ikhwan ni lagi KKN dan berada > 20 km dari tempat wisuda. Dengan cepat si akhwat menetralisir keadaan (hati).
“Ingat,,orangnya memang baik dan super polos dalam hal beginian. Stay cool…”
Di seberang sana, si ikhwan bilang kalau kebetulan temennya lagi wisuda dan inget hari ini si akhwat juga wisuda.
“Jangan ge-er ya” kata si ikhwan mencoba menjelaskan
“Enak aja ge-er. Diharepin datang juga enggak…Sorry ye” kata si akhwat agak nyolot, soalnya kesel abis. Gak tahu apa dia,,,,kalau yg ditelp ni akhwat. Bisa kolaps setiap saat.
Dan akhwat itu pun kembali khusyuk mendengarkan satu per satu nama wisudawan-wisudawati dipanggil hingga sms berdering:
“ntar keluarnya lewat mana” dari si ikhwan.
Si akhwat mulai gemes. Katanya, ada temen yg wisuda. Kok tetep aja nyariin. Si akhwat tetep mencoba stay cool dan membalas ra jelas ketika acara sudah bubar.
“Kayaknya si lewat timur, tapi liat-liat situasi soalnya crowded bgt” sambil komat-kamit semoga nggak ketemu,,nggak ketemu,,,plus nutup2i muka sambil nunduk-nunduk biar gak ketahuan (kok jadi serasa kayak maling aja, ni akhwat). Ada sms lagi.
“Habis turun mau ke sebelah mana?”
Hwedew,,,si akhwat tambah stress. Kendali hati siaga satu. Apa kata dunia kalau nanti pas ketemu, ada keluarga si akhwat dan cuma ada temen seorang ikhwan thil yang dateng. Bisa jadi gossip keluarga besar dan makanan empuk keluarga. Dan singkat cerita, si akhwat ni kayak maling yang dikejar-kejar satpam. Mencoba untuk bersembunyi di tengah padatnya orang-orang. Foto-foto pun jadi acara yang singkat mengingat sms bertanya “di mana sekarang?” masih juga datang. Hampir tercekik si akhwat ni menahan agar logika tetap pada jalannya dan tidak kolaps dengan kejadian hari itu. Dan akhwatpun berlari mengajak keluarganya menuju tempat makan yang sudah disepakati bersama teman akhwat satu lingkarannya. Sesi wisuda yang aneh…
Sampai di mobil, si akhwat lega. Gak ada ketemu. Gak ada kejadian yang semakin sulit untuk mengendalikan logika berjalan tetap pada tempatnya.
Dalam mobil, kekhawatiran dan dag dig dug ya si akhwat berubah menjadi kemarahan yang hampir meledakkan gunung-gunung (haha,lebay..). Tanpa menunggu lama, kemarahannya diledakkan dalam bentuk sms puannnjang untuk si ikhwan. Intinya, bahwa apa yang dilakukannya hari ini bisa bikin akhwat kolaps sekali tebas, terutama pada akhwat-akhwat yang berhati lembut. Susah payah untuk menjaga logika tetap jalan dan juga kekhawatiran fitnah yg muncul dari keluarga dan yang terpenting fitnah hati.  Dengan polosnya, sms jawabannya;
“ya afwan, ukht. Gak sengaja..bla..bla..bla…”
Si akhwat cuma dongkol setengah mati. Dasar orang baik! (hanya itu umpatannya….wkwkwk…)
Nah, akhwat, kalo kondisi tersebut menimpa kita?? ?
Benar-benar, seringkali ikhwan melakukan sesuatu tanpa tendensi. Sedangkan perasaan akhwat yang sensitive akan sangat mudah teraktivasi bahkan oleh sesuatu yang tanpa tendensi apapun. So, becareful, gals!
Bermain Api
Ini malah bermain api. Duhhh…jangan deh…..
Tema ini jadi muncul disebabkan ada ikhwan yang protes di diskusi plurk, bahwa akhwat dinilai sering main api duluan. Oh ya??
Sepanjang pengamatan saya, ya begitulah. Akhwat malah mungkin lebih agresif, apalagi kalau sudah punya rasa. Nah lho,,yang gak punya rasa aja disentil dikit bisa jadi berabe, apalagi yang model begini? Hwedewwww……
Mungkin ada akhwat yang manyun baca tulisan ini dan menolak mentah-mentah. Silakan,,mungkin antum termasuk orang yang lurus. Bersyukurlah,,,tiap kita mendambakan demikian. Bagi yang manyun karena pernah menjadi salah satu bagiannya, mari kita beristighfar. Semoga Allah melindungi kita dari tiap jerata syetan dan melindungi kita agar tidak menjadi sarana syetan menggoda hamba Allah.
Hanya dengan kejujuran yang dalam kita bisa menjawab tanya: apakah kita pernah bermain api. Dan sungguh, Allah Maha Penerima Taubat.
Salut untuk ikhwan-ikhwan yang berani berkata tidak ataupun tidak menjawab sms akhwat yang sedang “usil”. Memang perlu usaha dari kedua belah pihak untuk menghentikan ini. Karena tulisan ini dikhususkan untuk akhwat, maka pada akhwatlah kewajiban pertama untuk nge-cut interaksi yang berlebihan saya serukan. Sudah fitrahnya, wanita adalah godaan terbesar untuk laki-laki. Tapi, bukan karena alasan ini utamanya.
Hati kita lebih berharga untuk dijaga kesuciannya. Stop overload interaksi. Selalu berusaha untuk mematuhi adab-adabnya dan menjaga hijabnya.
Allaahu a’lam bishawab.
Thanks to temen-temen yang sudah saya “paksa” untuk menceritakan kembali kisahnya. Dan jazakumullah khairan katsir atas izinnya untuk men-share. Semoga jika ada kebaikan, kebaikanya datang ke antum juga.Kalau ada keburukan, semata-mata itu kekurangan penulisnya ^_^’
Kebumen, 9 Juni 2010 pukul 14.15
Astaghfirullaahal’adzim….. (tears…tears….T_T)