Entri Populer

Sabtu, 29 Januari 2011

GPS dan SIG, Indonesia membutuhkanmu…….

GPS dan SIG, Indonesia membutuhkanmu…….

Alhamdulillah, akhirnya setelah hampir jeda 1 bulan saya menulis lagi, latihan mengungkapkan lagi. Pengalaman ini dimulai, pada tanggal 20-21 januari 2011 ini. Alhamdulillah,meski baru, saya udah dipercaya membantu senior saya di technical support perusahaan dalam acara training GPS (Global Positioning System) Mapping dengan tim Pusdatin(Pusat Data Indormasi) kementrian pertanian RI di Bogor. Alhamdulillah, ada beberapa pengalaman dan pelajaran yang saya ambil dari training tersebut.

Saya tidak mengira ketika itu salah satu dari pegawai Deptan, teman dosen pembimbing skripsi saya, beliau ternyata alumni MIPA matematika UGM, tapi masalah mapping dan SIG (sistem informasi geografi), bahkan geodesi cukup mumpuni. Jadi GPS dan SIG itu bisa dipelajari oleh semua orang tidak terbatas bidang tertentu saja. Saya belajar dari beliau bagaimana menggunakan logika saat menghitung luas lahannya luas lahan khususnya sawah, karena Deptan RI, berusaha memetakan seluruh lahan di Indonesia, rencana siy tahun ini selesai, Insya Allah). Dari training ini, saya juga sedikit tahu tentang kondisi pertanian Indonesia, kenapa kita masih mengimpor beras dari Thailand/Vietnam perkiraan 1,5 juta ton tahun ini. Berdasarkan keterangan dari salah satu pejabat di Deptan,Indonesia sebenarnya memiliki stok beras yang cukup tapi masih mengimpor karena ingin mengantisipasi agar saat beras langka, bisa diback up. Beras langka mungkin disebabkan faktor gagal panen juga.

Dari situ, Deptan RI berinisiatif memulai pemetaan lahan khususnya sawah dengan GPS Mapping untuk mengetahui seberapa besar siy luas lahan khususnya sawah di Republik tercinta ini, hal ini penting karena selama ini, data padi yang siap panen belum bisa valid berdasarkan prediksi, kadang masih bias, karena data luas sawah belum ada sehingga produksi total belum diketahui. Ya, data luas sawah yang didapat bisa membuat kita tahu berapa produksi beras dalam 1 tahun, sehingga perencanaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok seperti beras bisa terealisasi dengan baik. Data yang jelas akan membuat proses impor beras akan berkurang secara otomatis.  Langkah positif dari Deptan dengan memanfaatkan teknologi GPS dan SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk pemetaan ini. Pejabat itu juga berkata “ Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali”. Dari situ,kebutuhan akan data spasial (wilayah) dan data atribut (luas, jenis lahan, etc) menjadi penting khususnya Deptan, dan umumnya semua Departemen di Republik Indonesia ini.
Data spasial dan atribut  bisa memberi informasi yang mudah dipahami dan diimplementasikan ke masyarakat akan mempermudah dalam perencanaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Ini cerita flash back aja ya, dulu pas zaman kuliah,pas proyek listrik desa, saya juga berpikir begitu ternyata data daerah yang terlistriki antar departemen itu belum bisa ter-cover semua di daerah.  Sempat kemarin, data dari PLN, kadang belum diupdate, ada daerah yang tertulis belum terlistriki, tapi ternyata sudah terlistriki, padahal dalam setiap proyek perencanaan perlu diadakan data yang valid di lapangan karena setiap proyek menggunakan dana masyarakat juga khususnya APBN dan APBD. Updating data spasial dan atribut hendaknya juga dilakukan secara kontinyu sehingga, perencanaan pembangunan bisa optimal. Ya contohnya tadi, kalau data luas sawah valid, produksi beras bisa diperkirakan, distribusi beras ke masyarakat diusahakan bisa merata. Terus jika data desa yang belum terlistriki juga bisa diketahui melalui proses mapping/pemetaan dengan diolah datanya secara spasial dan atribut secara jelas, maka proses perencanaan listrik desa dan proses seluruh wilayah  Indonesia bisa terang benderang bisa segera terwujud.

Dari hal-hal tersebut, saya jadi ingat saat pelajaran kuliah dulu dengan  kata interoperability data atau gampang dipahaminya interkoneksi data, gmana setiap instansi/masyarakat bisa saling tukar menukar data meski format data berbeda bisa dijadikan satu format data sama untuk proses pembangunan. Menurut saya , proses interkoneksi antar instansi ini bisa juga dilakukan saat pengambilan/survey data. Mari kita lihat, di BPN sekarang sedang membangun dan mencoba menerapkan teknologi GPS CORS (stasiun base GPS yang kontinyu dan real time). Investasi peralatan tersebut otomatis dari APBN dan membutuhkan dana besar. Kemudian Deptan dan PBB juga menggunakan alat survey/mapping yang juga memakai sumber dana dari APBN. Ada 1 saran di mana, jika beberapa instansi terkait misal BPN dan Deptan sama-sama membutuhkan data lahan sawah,akan lebih baik ketika mereka bersama – sama melakukan pengambilan dan pengolahan data secara bersama-sama dengan alat survey yang sama karena objek yang diambil sama. Saya sadar spesifikasi pengukuran masing2 departemem pasti berbeda, tapi akan lebih baik disatukan dengan spesifikasi baku dengan ketelitian tertentu sehingga data pengukuran itu tetap valid. Dari ide di atas secara otomatis, efisiensi Pengeluaran APBN akan terjadi. Misalnya  instansi A  investasi membeli alat survey  misal GPS dengan ketelitian tinggi  1 triliun, instansi B membeli alat survey dengan ketelitian sedang 500 milyar, dengan konsep di atas, jika instansi A dan B menggunakan konsep interkoneksi , maka dana pembelian alat hanya 1,1 triliun, jadi bisa efisien hampir 400 milyar. Dana tersebut bisa kita alihkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan. Ya tapi hitungan di atas, hanya sebuah pemikiran saya, saya sadar Indonesia Negara unik, jadi agak sulit mewujudkannya, tapi harapan saya semoga bisa.

Ada satu harapan saya lagi bahwa  GPS itu juga penting lho, saya melihat bos saya membawa mobil dilengkapi GPS Navigasi, terus saya berpikir kenapa di kereta api tepatnya di tempat masinis khususnya di Indonesia belum ada ya??padahal zaman udah maju seperti ini. Ternyata di Indonesia sudah ada prototype percobaan sistem GPS dipakai di kereta api, salah satunya pernah dilakukan salah satu guru besar dari ITB dan LIPI. Ya, ternyata sudah ada penemuan dari anak-anak negeri ini, sehingga perlu dimanfaatkan. Saya membayangkan ada receiver GPS yang dipasang di lokomotif setiap kereta dan  satu sistem informasi geografi kereta api di mana petugas pengawas bisa melihat posisi, kecepatan semua kereta yang akan lewat di stasiun maupun di tempat masinis juga ada SIG-nya sehingga mereka bisa melihat posisi dan kecepatan kereta lain dengan baik. Teknologi GPS dan SIG ini secara otomatis akan meminimalisir kecelakaan kereta api, Insya Allah.

Satu lagi makna dari pemanfaatan GPS dan SIG, ketika peristiwa Merapi kemarin,teman-teman dari Teknik Geodesi UGM telah membuat SIG Merapi yang bertujuan mendata persebaran pengungsi di titik-titik pengungsian. Dari SIG tersebut, distribusi bantuan ke pengungsi ternyata bisa efektif, karena data yang didapat bisa valid. Oleh karena itu,benar bahwa fungsi GPS dan SIG Indonesia sangat dibutuhkan dalam membuat Planning sebelum realisasi kegiatan atau proyek. Saya pernah dengar berita tentang langkah positif bapak Presiden SBY yang ingin memiliki SIG Universal di Indonesia, di mana beliau bisa melihat kondisi di Indonesia secara real melalui data spasial dan atribut, saya berharap itu bisa terealisasi. Maka kadang-kadang , saya berpikir untuk mendukung proses interoperability dan interkoneksi antardepartemen itu butuh coordinator bidang Survey dan SIG nasional yang seharusnya sekarang dipegang Bakosurtanal. Bisa saja, karena ini penting, pemerintah bisa membentuk Menko Survey dan SIG Nasional, he..he..ya tapi itu harapan saja siy.
Iya , intinya Planning bagus dengan data valid, Insya Allah, akan membuat pembangunan juga bagus, apalagi SIG nasional ini bisa diakses masyarakat, jadi fungsi kontrol ke pemerintah bisa berjalan dengan baik. Tidak hanya BPN, Deptan, PBB, bahkan semua departemen wajib memiliki SIG yang bagus

Ya, inilah sedikit opini dan harapan dari saya, saya mendukung langkah positif dari pemerintah dan berharap bisa segera berkontribus,i ya minimal seperti kemarin membantu pengoperasian GPS mapping tim PUSDATIN deptan RI, he..he.. Semoga semua program pemerintah bisa berjalan dengan baik. Jujur saya juga baru belajar apa itu GPS dan SIG dari awal, jadi jika dalam tulisan ini ada kesalahan, saya mohon koreksinya, semoga bermanfaat,Insya Allah.

Best regards
Febrian Wahyu H
Geodesi UGM 2006
Jakarta,30 January 2011  07.50 WIB