Entri Populer

Rabu, 23 Maret 2011

"surat penolakan yg indah dari pak Anies B dan jawabanku"


Pengumuman Seleksi Calon Pengajar Muda Angkatan II
...
Dari:
Anies Baswedan <anies.baswedan@indonesiamengajar.org>
...
Tambah ke Kontak
Kepada:
istiqomah_18@yahoo.co.id


Febrian Wahyu Hersanto yang baik,

Semoga surat ini menemui Febrian dalam keadaan sehat dan selalu
bersemangat. Alhamdulillah, kami bersyukur bahwa proses rekrutmen telah
selesai dan berjalan dengan baik. Tahapan seleksi kemarin merupakan
pengalaman yang luar biasa bagi seluruh tim. Febrian dan kawan-kawan calon
Pengajar Muda datang membawa nuansa baru: muda, cerdas, tangguh, idealis
yang realis, berkarakter dan siap berjuang di pelosok Indonesia. Kami
bersyukur dan bersyukur bisa bersentuhan dengan nuansa baru, dengan
semangat anak-anak muda seperti Febrian.

Kehadiran Febrian meyakinkan kita untuk makin optimis dalam melihat masa
depan republik ini. Kita semua bangga menyaksikan  para calon Pengajar
Muda. Kita melihat wajah masa depan, wajah Indonesia kita. Indonesia yang
lebih maju, lebih cerdas, lebih makmur, dan lebih adil.
Disana, kelak Febrian dan teman-teman segenerasi Febrian akan menjadi
pilar utama kemajuan.
Bentangkanlah keyakinan bahwa peluang untuk maju dan berkembang sangatlah
luas.

Kebanggaan dan kebahagian itu menandai betapa sulitnya tim seleksi membuat
keputusan.
Tim seleksi benar-benar harus kerja ekstra.  Tim seleksi yang dibekali
dengan alat-alat penilai obyektif, berpengalaman melakukan seleksi secara
profesional itu dihadapkan dengan realita yang selama ini sering tertutup.
Di seleksi tahap kedua kemarin, berderet anak-anak muda pejuang,
menyatakan siap untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Promotor kemajuan
yang selama ini tidak terlihat. Febrian  dan teman-teman calon Pengajar
Muda lain adalah realita luar biasa dari Indonesia, Febrian adalah aset
bagi Republik tercinta ini. Rasanya  ingin memberi peluang untuk semua
berangkat menjadi Pengajar Muda. Tapi kenyataan menghalangi keinginan kita
itu. Dan dengan berat hati saya harus menyampaikan bahwa Febrian belum
berkesempatan untuk menjadi Pengajar Muda.

Kabar ini mungkin terasa berat bagi Febrian. Kamipun membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk akhirnya mengambil keputusan yang berat ini. Tapi
saya yakin sekali, Febrian memiliki potensi yang sangat besar, Febrian
adalah aset muda yang membanggakan. Saya percaya Universitas Gajah Mada
sebagai almamater dan orang tua Febrian pasti bangga melihat kemajuan dan
potensi yang Febrian miliki sekarang. Febrian yang tetap besar hati dan
tetap optimis, itu bayangan saya saat Febrian membaca surat ini.

InsyaAllah, dengan semua potensi itu Febrian akan leluasa mendapatkan
kesempatan lain dan tetap akan meraih masa depan yang gemilang sambil
tetap mengabdi untuk kemajuan bangsa kita tercinta.

Kamipun tidak ingin terputus komunikasi hanya karena Febrian meneruskan
kegiatan Febrian lewat jalur lain. Saya berharap sekali, keberlanjutan
interaksi kita dirawat. Saya berharap Febrian tetap meneruskan bertukar
gagasan baik lewat facebook maupun kegiatan-kegiatan bersama yang lain.
Kami merasa bahwa Febrian bisa tetap berperan dalam memajukan pendidikan
di Indonesia. Gerakan Indonesia Mengajar ingin sekali mengembangkan
semangat belajar pada semua.
Saya membayangkan dan berharap Febrian tetap bisa turut serta dalam
kegiatan-kegiatan itu.

Selamat berkarya dan berjuang. Saya berharap kita bisa terus
berkomunikasi. Dan, suatu saat nanti kita bersama akan menyaksikan kisah
sukses dan kisah pengabdian yang membanggakan dari Febrian.

Salam hangat,

Anies Baswedan


Alhamdulillah, Pak Anies B. atas segala pembelajaran dari seleksi IM kemarin, saya sangat berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan baik secara suistanable (berkelanjutan). Karena saya secara pribadi melihat bahwa perubahan lebih baik di Indonesia ini, bisa dilakukan jika dimulai dari pendidikan khususnya pendidikan agama dan moral. Hal ini menjadi sangat penting melihat sistem KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang masih merajalela baik di swasta maupun negeri sehingga negara kita masih belum bisa stabil.
                Saya berharap suatu saat bisa bertemu pak Anies Baswedan dan berdiskusi tentang suatu pemahaman sistem Indonesia yang lebih baik suatu saat kelak, Insya Allah. Saya menerima hasil apapun dari IM, harapan itu akan selalu ada untuk berkontribusi. Saya selalu berharap bisa ikut dalam kontribusi dalam perubahan sistem di negeri ini minimal dimulai dari diri saya sendiri (self Leadership) sebagaimana yang pernah diajarkan Rasulullah shallahu ’alaihi wassalam dan para sahabat beliau. Saya selalu mengingat hadits beliau shallahu’alaihi wassalam :
"Siapa yg memudahkan urusan seseorang di dunia, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia & akhirat” (HR. Muslim)
            Di samping itu, saya sangat terinspirasi dengan cerita dari khalifah Umar bin Abdul Aziz berikut, salah satu reformer sejati dalam Islam berikut saya lampirkan salah satu tulisan ttg beliau

               
dakwatuna.com - Umar bin Abdul Aziz bin Marwan lahir di Hulwan, sebuah desa di Mesir, tahun 61 H saat ayahnya menjadi gubernur di daerah itu. Ibunya, Ummu ‘Ashim, putri ‘Ashim bin Umar bin Khaththab. Jadi, Umar bin Abdul Aziz adalah cicit Umar bin Khaththab dari garis ibu.
Umar bin Abdul Aziz dibesarkan di lingkungan istana. Keluarganya, seperti keluarga raja-raja Dinasti Umayyah lainnya, memiliki kekayaan berimpah yang berasal dari tunjangan yang diberikan raja kepada keluarga dekatnya. Perkebunan miliknya menghasilkan 50.000 dinar per tahun.
Meski demikian, orangtuanya tak tidak lupa memberi pendidikan agama. Sejak kecil Umar sudah hafal Al-Qur’an. Ayahandanya mengirim Umar ke Madinah untuk berguru kepada Ubaidillah bin Abdullah. Inilah salah satu titik balik dalam hidup Umar bin Abdul Aziz. Ia kini dikenal sebagai orang saleh dan meninggalkan gaya hidup suka berfoya-foya. Bahkan, Zaid bin Aslam berkata, “Saya tidak pernah melakukan shalat di belakang seorang imam pun yang hampir sama shalatnya dengan shalat Rasulullah saw. daripada anak muda ini, yaitu Umar bin Abdul Aziz. Dia sempurna dalam melakukan ruku’ dan sujud, serta meringankan saat berdiri dan duduk.” (Zaid bin Aslam dari Anas).
Madinah bukan hanya membuat Umar bin Abdul Aziz saleh, tapi juga memberi perspektif tentang prinsip-prinsip dasar peradaban Islam di masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin. Umar memiliki pandangan yang berbeda dengan Bani Umayyah tentang sistem kekhalifahan yang diwariskan secara turun temurun.
Ketika ayahandanya meninggal, Khalifah Abdul Malik bin Marwan meminta Umar bin Abdul Aziz datang ke Damaskus untuk dinikahkan dengan anaknya, Fathimah.
Abdul Malik wafat dan kekhalifahan diwariskan kepada Al-Walid bin Abdul Malik. Di tahun 86 H, Khalifah baru mengangkat Umar bin Abdul Aziz menjadi Gubernur Madinah. Namun, pada tahun 93 H Khalifah Al-Walid memberhentikannya karena kebijakan Umar tidak sejalan dengan kebijakannya.
Al-Walid juga berusaha mencopot kedudukan saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik, dari posisi Putra Mahkota. Ia ingin anaknya yang menjadi Putra Mahkota. Para pembesar dan pejabat negara menyetujui langkah Al-Walid. Tapi, Umar bin Abdul Aziz menolak.”Di leher kami ada bai’at,” kata Umar diulang-ulang di berbagai forum dan kesempatan. Akhirnya, Al-Walid memenjarakannya di ruang sempit dengan jendela tertutup.
Setelah dikurung tiga hari, ia dibebaskan dalam kondisi memprihatikan. Mengetahui kondisi itu, Sulaiman bin Abdul Malik berkata, ”Dia adalah pengganti setelah saya.”
Di tahun 99 H, ketika berusia 37 tahun, Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai Khalifah berdasarkan surat wasiat Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Saat diumumkan sebagai pengganti Sulaiman bin Abdul Malik, Umar berkata, ”Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada Allah satu kali pun.”
Karena itu, di hadapan rakyat sesaat setelah dibaiat ia berkata, ”Saudara-saudara sekalian, saat ini saya batalkan pembaiatan yang saudara-saudara berikan kepada saya, dan pilihlah sendiri Khalifah yang kalian inginkan selain saya.” Umar ingin mengembalikan cara pemilihan kekhilafahan seperti yang diajarkan Nabi, bukan diwariskan secara turun-temurun. Tapi, rakyat tetap pada keputusannya: membaiat Umar bin Abdul Aziz.
Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak biasa dilakukan arja-raja Dinasti Umayyah sebelumnya.
Para petugas protokoler kekhalifahan terkejut luar biasa. Umar menolak kendaraan dinas. Ia memilih menggunakan binatang tunggangan miliknya sendiri. Al-Hakam bin Umar mengisahkan, ”Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, ’Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik kendaran ini saja (hewan tunggangan).’”
’Atha al-Khurasani berkata, ”Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap satu batang kayu bakar dengan satu dirham.”
’Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menyalakan lampu milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin. Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera menyalakan lampu miliknya sendiri.
Yunus bin Abi Syaib berkata, ”Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya.”
Abu Ja’far al-Manshur pernah bertanya kepada Abdul Aziz tentang kekayaan Umar bin Abdul Aziz, ”Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?” Abdul Aziz menjawab, ”Empat puluh ribu dinar.” Ja’far bertanya lagi, ”Lalu berapa kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?” Jawab Abdul Aziz, ”Empat ratus dinar. Itu pun kalau belum berkurang.”
Bahkan suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Ia berkata kepada istri Umar, ”Tidakkah engkau cuci bajunya?” Fathimah menjawab, ”Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai.”
Ketika shalat Jum’at di masjid salah seorang jamaah bertanya, ”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?” Umar bin Abdul Aziz berkata, ”Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat.”
Seorang pelayan Umar, Abu Umayyah al-Khashy berkata, ”Saya datang menemui istri Umar dan dia memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, ’Apakah setiap hari tuan makan dengan kacang adas?’” Fathimah menjawab, ”Wahai anakku, inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin.” ’Amr bin Muhajir berkata, ”Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya hanya dua dirham.”
Suatu saat Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan Bani Marwan. Ia berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah saw. memiliki tanah fadak, dan dari tanah itu dia memberikan nafkah kepada keluarga Bani Hasyim. Dan dari tanah itu pula Rasulullah saw. mengawinkan gadis-gadis di kalangan mereka. Suatu saat Fathimah memintanya untuk mengambil sebagian dari hasil tanah itu, tapi Rasulullah saw. menolaknya. Demikian pula yang dilakukan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. Kemudian harta itu diambil oleh Marwan dan kini menjadi milik Umar bin Abdul Aziz. Maka, saya memandang bahwa suatu perkara yang dilarang Rasulullah saw. melarangnya untuk Fathimah adalah bukan menjadi hakku. Saya menyatakan kesaksian di hadapan kalian semua, bahwa saya telah mengembalikan tanah tersebut sebagaimana pada zaman Rasulullah saw.” (riwayat Mughirah).
Wahib al-Wadud mengisahkan, suatu hari beberapa kerabat Umar bin Abdul Aziz dari Bani Marwan datang, tapi Umar tak bisa menemui mereka. Lalu mereka menampaikan pesan lewat Abdul Malik, ”Tolong katakan kepada ayahmu bahwa para Khalifah terdahulu selalu memberikan keistimewaan dan uang kepada kami, karena mereka tahu kedudukan kami. Sementara ayahmu kini telah menghapuskannya.”
Abdul Malik menemui ayahnya. Setelah kembali, Abdul Malik menyampaikan jawaban Umar bin Abdul Aziz kepada mereka, ”Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku.” Umar mengutip ayat 15 surat Al-An’am.
Umar bin Abdul Aziz pun pernah memanggil istrinya, Fathimah binti Abdul Malik, yang memiliki banyak perhiasan pemberian ayahnya, Khalifah Abdul Malik. ”Wahai istriku, pilihlah olehmu, kamu kembalikan perhiasan-perhiasan ini ke Baitul Maal atau kamu izinkan saya meninggalkan kamu untuk selamanya. Aku tidak suka bila aku, kamu, dan perhiasan ini berada dalam satu rumah.” Fathimah menjawab, ”Saya memilih kamu daripada perhiasan-perhiasan ini.”
’Amr bin Muhajir meriwayatkan, suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin makan apel, kemudian salah seorang anggota keluarganya memberi apel yang diinginkan. Lalu Umar berkata, ”Alangkah harum aromanya. Wahai pelayan, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan salam saya kepadanya bahwa hadiah yang dikirim telah sampai.”
’Amr bin Muhajir mempertanyakan sikap Umar itu, ”Wahai Amirul Mukminin, orang yang memberi hadiah apel itu tak lain adalah sepupumu sendiri dan salah seorang yang masih memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat denganmu. Bukankah Rasulullah saw. juga menerima hadiah yang diberikan orang lain kepadanya?”
Umar bin Abdul Aziz menjawab, ”Celaka kamu, sesungguhnya hadiah yang diberikan kepada Rasulullah saw. adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang diberikan kepadaku ini adalah suap.”
Suatu ketika Abdul Malik, putra Umar, menemui ayahnya, dan berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, jawaban apa yang engkau persiapkan di hadapan Allah swt. di hari Kiamat nanti, seandainya Allah menanyakan kepadamu, ’Mengapa engkau melihat bid’ah, tapi engkau tidak membasminya, dan engkau melihat Sunnah, tapi engkau tidak menghidupkannya di tengah-tengah masyarakat?’”
Umar menjawab, ”Semoga Allah swt. mencurahkan rahmat-Nya kepadamu dan semoga Allah memberimu ganjaran atas kebaikanmu. Wahai anakku, sesungguhnya kaummu melakukan perbuatan dalam agama ini sedikit demi sedikit. Jika aku melakukan pembasmian terhadap apa yang mereka lakukan, maka aku tidak merasa aman bahwa tindakanku itu akan menimbulkan bencana dan pertumpahan darah, serta mereka akan menghujatku. Demi Allah, hilangnya dunia bagiku jauh lebih ringan daripada munculnya pertumpahan darah yang disebabkan oleh tindakanku. Ataukah kamu tidak rela jika datang suatu masa, dimana ayahmu mampu membasmi bid’ah dan menghidupkan Sunnah?”
Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz sangat memprioitaskan kesejahtera rakyat dan tegaknya keadilan. Fathimah binti Abdul Malik pernah menemukan suaminya sedang menangis di tempat biaya Umar melaksanakan shalat sunnah. Fathimah berusaha membesarkan hatinya. Umar bin Abdul Aziz berkata, ”Wahai Fathimah, sesungguhnya saya memikul beban umat Muhammad dari yang hitam hingga yang merah. Dan saya memikirkan persoalan orang-orang fakir dan kelaparan, orang-orang sakit dan tersia-siakan, orang-orang yang tak sanggup berpakaian dan orang yang tersisihkan, yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan tertawan dalam perbudakan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat, tapi hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu di seluruh pelosok negeri. Saya tahu dan sadar bahwa Tuhanku kelak akan menanyakan hal ini di hari Kiamat. Saya khawatir saat itu saya tidak memiliki alasan yang kuat di hadapan Tuhanku. Itulah yang membuatku menangis.”
Malik bin Dinar berkata, ”Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para penggembala domba dan kambing berkata, ”Siapa orang saleh yang kini menjadi Khalifah umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba kami.”
Begitulah Umar bin Abdul Aziz, meski memerintah tidak sampai dua tahun, rakyatnya hidup sejahtera. Umar bin Usaid berkata, ”Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia hingga seorang laki-laki datang kepada kami dengan sejumlah harta dalam jumlah besar dan berkata, ’Salurkan harta ini sesuai kehendakmu.’ Ternyata tak ada seorang pun yang berhak menerimanya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah membuat manusia hidup berkecukupan.”

sumber :http://www.dakwatuna.com/2010/umar-bin-abdul-aziz-menolak-kendaraan-khusus-kekhalifahan/
               
Ya, saya berharap email saya ini dibaca bapak Anies baswedan secara langsung baik (tolong untuk admin email ini menyampaikannya).  Insya Allah, semoga program Indonesia Mengajar ini akan lebih baik dan bisa menjadi pioneer perubahan positif bagi sistem pendidikan Indonesia,sehingga secara otomatis pendidikan bagus, output sistem dan pemimpin Indonesia juga bagus, Insya Allah.

Best Regards
Febrian Wahyu Hersanto
Alumni FT UGM 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar