Entri Populer

Senin, 28 Januari 2013

Menikah Karena Allah

Menikah Karena Allah
Pemuda itu menangis tersedu-sedu di
samping mihrab mesjid. Mushaf ia dekap
erat-kuat ke dadanya. Sesekali ia me-lap air
mata yang meleleh. Ia merasa begitu rapuh
dan lemah. Begitu tak berdaya menghadapi
seorang wanita. Ia telah tergila-gila pada
wanita itu. Senyuman wanita itu bagai
purnama di gelap gulita malam. Suara
wanita itu laksana nyanyian bidadari yang
merasuk ke pori-pori jiwanya.
Ia menangisi dirinya yang tak lagi bisa
merasakan nikmatnya berzikir. Menangisi
hatinya yang tak lagi bisa khusyuk dalam
shalat. Menangisi pikirannya yang selalu
membawanya terbang ke wanita itu. Oh,
sungguh hebat deritanya. Dulu ia begitu
kokoh dan teguh. Orang-orang
menganggapnya seorang laki-laki yang
punya prinsip dan berkarakter. Apalagi saat
orang-orang tahu dia begitu mampu
menjaga hubungan dengan wanita,
popularitas keshalehannnya semakin dikenal
dan menjadi buah bibir.
Itu dulu, namun kini ia begitu tak berdaya
dan rapuh. Wanita itu betul-betul telah
membuatnya terpikat. Seorang wanita yang
dalam pandangannya begitu anggun dan
sempurna. Cantik, manis, cerdas, hafal al-
Qur`an, sopan dan lembut dan lain-lainya.
Seorang wanita yang menurutnya layak
dijadikan pasangan hidup menuju sorga.
Seorang wanita yang semua kriteria calon
istri dambaan ia temukan pada dirinya.
Hampir tiap malam ia menangis. Jika dulu, ia
menangis di kegelapan malam karena
dimabuk rindu pada Sang Pencipta, kini ia
menangis karena dimabuk rindu pada
makhluk-Nya. Apakah Allah tengah menguji
dirinya. Apakah Allah tengah menguji
kejujuran cintanya. Ataukah memang sudah
waktunya ia menikah.
Ia teringat dengan pesan-pesan Ustadznya
sebelum berangkat ke Mesir dulu, pesan-
pesan yang masih terekam kuat dalam
memorinya.
"Anakku, ketahuilah dalam perjalanmu
menuntut ilmu nanti, kamu akan diuji
dengan banyak hal, dengan kesusahan
hidup, kesulitan biaya, lingkungan, kawan-
kawan, dan lainnya. Teguhkan selalu niat di
hatimu dan mintalah pertolongan pada
Allah setiap waktu. Dan ingatlah, ujian
terberat yang akan kamu hadapi nanti
adalah wanita, maka berhati-hatilah
menghadapi wanita. Jangan pernah
mengikuti ajakan nafsu yang menyesatkan."
"Anakku, berpacaran yang saat ini banyak
digandrungi anak-anak muda adalah sikap
laki-laki bermental kerupuk dan pecundang
dan tipe wanita yang tak punya harga diri,
menjalin hubungan secara syar`i dan
menikahi dengan cara-cara yang baik, itulah
akhlak seorang laki-laki yang didamba dan
sikap seorang wanita calon penghuni sorga.
Bila godaan itu terasa berat bagimu,
berpuasa tak sanggup mengobatimu, maka
menikahlah, insya Allah itu lebih berkah dan
mengantarkan pada kebaikan."
"Anakku, jika kamu mengira berpacaran itu
adalah jalan menuju pernikahan, maka
engkau telah tertipu oleh nafsumu. Engkau
telah termakan bujuk rayu setan durjana.
Apakah engkau mau memetik buah dari
pohon sebelum waktunya? Apakah engkau
mau membeli barang yang telah usang dan
pernah dipakai orang?"
"Anakku, janganlah engkau mengira,
pacaran yang Ustadz maksud bertemu dan
jalan berdua-duan semata, tapi jagalah
matamu, pendengaranmu, hatimu dan
pikiranmu. Janganlah menjadi pemuda yang
lemah. Ingatlah, engkau adalah pemimpin,
jangan biarkan hawa nafsu yang
memimpinmu."
"Jika suatu saat nanti, dorongan untuk
menikah begitu kuat dan menyesak di
dadamu, engkau merasa telah siap, namun
orang tua belum merestui dan ada jalan lain
yang menghambat. Ustadz sarankan,
bersabarlah, bersabarlah, dan bersabarlah.
Sembari terus mencoba dan berdoa tiada
henti pada Allah. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar. Dan
ketahuilah, orang-orang yang sabar akan
mendapatkan pahala yang berlipat, dan
orang-orang sabar akan memetik mutiara
iman yang begitu banyak dalam
kesabarannya itu. Dan yakinlah
sesungguhnya bersama satu kesulitan ada
banyak kemudahan."
"Anakku, jangalah engkau tergoda oleh
nafsumu, janganlah engkau tertipu dengan
bisikan musuhmu, setan durjana. Mungkin
Allah tengah mengujimu, dan menyiapkan
untukmu hadiah yang indah. Maka selalulah
berbaik sangka pada Allah."
Nasehat-nasehat berharga itu begitu
mampu menjadi penawar bagi hatinya yang
gelisah. Tapi, itu hanya bertahan sebentar,
ledakan perasaannya pada wanita itu
ternyata lebih dahsyat dan meluap-luap.
Pesan-pesan itu hanya bertahan sesaat, lalu
ketika desakan perasaan itu kembali
merasuki jiwa, ia menjadi begitu rapuh dan
lemah.
Sampai pada akhirnya ia menelpon
Ustadznya di Indonesia. Ia menceritakan
kegelisahan hatinya, keresahan jiwa, dan
gejolak rasa yang selalu menyesak di
dadanya. Ustadznya berpesan kembali,
"Anakku, Ustadz bisa memahami
keadaanmu, barangkali sudah waktunya
bagimu untuk menggenapkan setengah
agamamu. Ustadz sarankan lakukanlah
shalat istikharah, jika engkau menemukan
ada tanda-tanda ke arah sana, maka
lakukanlah shalat hajat sebanyak-banyaknya,
insya Allah, mudah-mudahan dengan cara
demikian Allah membuka jalan untukmu.
Mintalah pada Allah dengan air mata penuh
harap, menangislah sejadi-jadinya di
hadapan Allah. Yakinlah, Allah tidak akan
menyia-nyiakan hamba-Nya."
Satu tahun kemudian, sesudah kesabaran
yang panjang, setelah menyelesaikan
hafalan al-Qur`annya, ia pun
menggenapkan setengah agamanya di
penghujung bulan Juni 2010. Ia sangat
bahagia. Kebahagiaan yang tak bisa
dilukiskan dengan kata-kata. Ia telah
menikah dengan wanita dambaannya,
seorang wanita sorga yang Allah hadirkan ke
bumi untuknya. Allah telah memilihkan
untuknya seorang pendamping hidup yang
mecintai Allah dan dirinya dengan sepenuh
jiwa dan raga.
Tak sia-sia selama ini ia menjaga dirinya dari
tergelincir pada perbuatan yang haram. Ia
sampaikan kerinduannya terhadap wanita
itu pada Allah setiap malam, ia titipkan
penjagaan untuk wanita itu pada Allah
setiap saat. Ia hantarkan doa-doa penuh
ketulusan untuk kebaikan dan keselamatan
wanita itu selama ini. Dan kini, Allah
mengizinkannya untuk memetik buah
kesabarannya selama ini. Sesungguhnya
Allah tidak menyia-nyiakan hamba yang
berserah diri pada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar