Entri Populer

Sabtu, 09 Februari 2013

Cara untuk bahagia

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Betapa dekat kebahagiaan bagi mereka yang
menetapi do'a ini:
" َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ْﻲِﻨــْﻌِّﻨَﻗ ﺎَﻤـِﺑ ،ْﻲِﻨــَﺘــــْﻗَﺯَﺭ ْﻙِﺭﺎَﺑَﻭ ْﻲِﻟ ،ِﻪْﻴِﻓ
ْﻒُﻠْﺧﺍَﻭ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞـُﻛ ٍﺔَﺒـِﺋﺎَﻏ ْﻲِﻟ ٍﺮْﻴَﺨـِﺑ "
“Ya Allah, jadikanlah aku merasa qana’ah
(merasa cukup, puas, rela) terhadap apa
yang telah engkau rezeqikan kepadaku, dan
berikanlah barakah kepadaku di dalamnya,
dan jadikanlah bagiku semua yang hilang
dariku dengan yang lebih baik.”
Mengingat sejenak sabda Nabi shallaLlahu
'alaihi wa sallam, " ْﺪَﻗ َﺢَﻠْﻓﺃ ْﻦَﻣ َﻢَﻠْﺳﺃ ُﻕِﺯُﺭَﻭ ﺎَﻔَﻛ ،ﺎًﻓ َﻭ
ُﻪَﻌَّﻨَﻗ ُﻪﻠﻟﺍ ﺎَﻤِﺑ ُﻩﺎَﺗﺁ Beruntunglah orang yang
memasrahkan diri, dilimpahi rezeqi yang
sekedar mencukupi dan diberi kepuasan
oleh Allah terhadap apa yang diberikan
kepadanya." HR. Muslim, At-Tirmidzi,
Ahmad dan Al-Baghawi.
Betapa sederhanya kebahagiaan. Ingatlah
sejenak bagaimana Rasulullah shallaLlahu
'alaihi wa sallam bergurat pipinya karena
alas tidur kasar. Hari ini betapa banyak yang
memiliki tempat tidur mewah, tapi hampir-
hampir tak pernah ia rasai tidur yang
nikmat. Betapa berbeda.
Tengoklah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa
sallam. Betapa sederhana makannya. Tak
menuntut syarat yang berat, justru jadikan
makan lebih nikmat. Sungguh, ketika engkau
tak meninggikan syarat terhadap apa yang
engkau reguk dari dunia ini, semakin mudah
engkau rasai kebahagiaan. Dan apakah yang
lebih berharga daripada ganti yang lebih
baik; ganti yang lebih membawa kebaikan
atas apa-apa yang terlepas dari kita?
Maka do'a riwayat Al-Hakim (beliau
menshahihkannya) yang dicontohkan oleh
Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini
merupakan kunci agar kita mampu bersikap
secara tepat terhadap dunia: qana'ah
terhadap rezeqi dari-Nya, barakah atas
rezeqi yang kita terima dan ganti yang lebih
baik (bukan lebih banyak) atas apa-apa yang
terlepas dari kita. Sungguh, rezeki yang tak
barakah, amat jauh dari kebaikan.
Jika tiga hal ini ada pada kita, maka semoga
lisan kita mampu memanjatkan do'a yang
menyempurnakan pembersihan jiwa kita.
Semoga.
Do'a itu (semoga kita dapat menghayati
sepenuh kesungguhan.) adalah:
َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ﻲِّﻧﺇ ُﺫْﻮُﻋﺃ َﻚِﺑ َﻦِﻣ ِّﻢَﻬْﻟﺍ َﻭ َﻭ،ِﻥَﺰَﺤْﻟﺍ ِﺰْﺠَﻌْﻟﺍ َﻭ
ِﻞْﺨُﺒْﻟﺍَﻭ،ِﻞَﺴَﻜْﻟﺍ َﻭ ِﻊَﻠَﺿَﻭ،ِﻦْﺒُﺠْﻟﺍ ِﻦْﻳَّﺪﻟﺍ ِﻝﺎَﺟِّﺮﻟﺍِﺔَﺒﻠَﻏ َﻭ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
(bahaya) rasa gundah gulana dan
kesedihan, (rasa) lemah dan malas, (rasa)
bakhil dan penakut, lilitan hutang dan
penguasaan orang lain.”
Inilah do'a yang memohon pertolongan
Allah Ta'ala agar kita mampu mengalahkan
hasrat untuk mengistirahatkan badan di saat
ada kebaikan yang seharusnya kita kerjakan;
memohon kekuatan untuk TIDAK berpelit
dalam mengulurkan rezeki kepada orang
lain; serta kelapangan hati untuk memberi
kan jasa kita yang membawa kebaikan.
Maka, jika engkau berkeinginan untuk
berkelimpahan rezeki agar waktu istirahatmu
lebih banyak dan engkau dapat bersantai-
santai kapan pun engkau mau,
sesungguhnya engkau telah mengingkari
do'a yang dituntunkan oleh Nabi shallaLlahu
'alaihi wa sallam ini. Dan jika engkau pergi
ke sana kemari untuk menyeru manusia
agar bersegera perkaya diri sehingga dapat
bermalas-malasan, sadarilah bahwa mereka
sedang mengajak manusia untuk menjauh
dari sunnah dan menghindar dari kebaikan.
Padahal bersama sunnah ada barakah.
Semoga kita terhindar dari ghurur
(terkelabui) disebabkan angan-angan kita
sendiri. Marilah kita memanjatkan do'a
kepada Allah Ta'ala:
" َّﻢُﻬﻠﻟﺍ ﺎَﻧِﺭَﺃ َّﻖَﺤﻟﺍ ًﺎّﻘَﺣ ﺎَﻨْﻗُﺯْﺭﺍَﻭ َﺔَﻋﺎَﺒِﺘﻟﺍ ﺎَﻧِﺭَﺃَﻭ َﻞِﻃﺎَﺒﻟﺍ ًﻼِﻃﺎَﺑ
ﺎَﻨْﻗُﺯْﺭﺍَﻭ ُﻪَﺑﺎَﻨِﺘْﺟﺍ "
“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar
itu benar dan berilah kami rezeki
kemampuan untuk mengikutinya. Dan
tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil,
serta limpahilah kami rezeki untuk mampu
menjauhinya.”
Semoga kita tak terpedaya oleh persepsi kita
sendiri. Sungguh, kebenaran itu bukan
bergantung pada persepsi kita. Baik dan
buruk juga bukan bergantung kepada
persepsi kita. Bukan bergantung pada cara
pandang kita. Hari ini, ketika banyak
manusia menyerukan bahwa yang paling
penting adalah persepsi kita tentang
sesuatu, marilah kita ingat kembali do'a ini.
Di masa yang semakin jauh dari kehidupan
Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini,
semoga Allah Ta'ala limpahi kita hidayah
agar tidak mudah takjub pada kebanyakan
perkataan manusia yang terlepas dari Al-
Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Lisan kita berdo'a. Hati kita berharap. Tapi,
apakah kita pun merenungkan maknanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar