Entri Populer

Jumat, 29 Oktober 2010

Duhai Ibu, kupersembahkan baktiku untukmu

Duhai Ibu, kupersembahkan baktiku untukmu

 

Ibu ..kata pertama yang kuucapkan ketika mulai pandai berbicara.
Kalimat paling indah yang pernah ku ulang-ulang …

Apapun yang kukatakan, dan apapun yang kulakukan, takkan bisa aku membalas jasamu duhai ibuku.

Aku takkan melupakan haribaanmu yang penuh kasih sayang
Takkan kulupa malam2 yang engkau lalui tanpa memejamkan mata sepicingpun....Dan hari2mu yang penuh dengan keletihan.

Aku tidak lupa ketika kita semua berkumpul mengelilingi hidangan makan di atas tikar pandan, lalu engkau mendahulukan kami dari pada dirimu dengan segala macam makanan dan minuman yang lezat dan enak.

Betapa lelahnya engkau wahai ibu, ketika kami terlambat pulang di malam hari karena bermain, seluruh penghuni rumah telah lelap, tinggallah engkau menahan kantuk menanti kepulangan kami.

Dulu, engkau takut dan khawatir ketika kami bermain ditepi sungai..aku ingat, engkau pernah marah ketika aku bermain di tepian sungai lalu memukulku, ketika itu aku belum mengerti kenapa engkau begitu marah. Tatkala aku besar dan dewasa. anakmu ini mengerti. Semua itu engkau lakukan karena engkau mengkhawatirkan keselamatan... aku anakmu!!

Aku tidak akan lupa, ketika aku beranjak remaja dan pergi merantau untuk menuntut ilmu engkau ikut bersusah payah bekerja,menumbuk tepung membuat kue dan berjualan mengumpulkan uang dari sana dan sini untuk membantu pendidikan kami anak-anakmu.

Ya Allah .. rahmatilah ibuku

Alangkah sedih hatiku, setelah bertahun-tahun aku tidak pulang, ketika pertama kali aku berdiri di hadapanmu engkau katakan,“Ini bukan anakku”. Karena kondisi dan penampilanku yang tidak seperti engkau bayangkan…

Tak kuasa diriku menahan air mata mendengarnya, membuatku tersungkur memeluk kakimu dan ketika tanganmu membelai kepalaku serasa tetesan-tetesan embun memadamkan kesedihan dan mengobati kerinduan hati.

Setelah perjalanan panjang yang kulalui jauh darimu, akupun pulang ..engkau telah beranjak tua dan lemah. Sungguh engkau telah berikan untukku dan saudara-saudaraku tahun-tahun terindah dan paling manis dalam hidupmu

Berapa sering engkau membela kami. Entah berapa banyak pengorbananmu untuk kami. Engkaulah yang telah menanggung keresahan dan kegundahan kami, engkau selalu berusaha mewujudkan keinginan kami sekalipun kami telah besar.

Dulu dipanggil fulan .. dan hari hari ini orang memanggilku ustadz fulan..semua itu demi Allah tidak lain dan tidak bukan karena anugerah Allah semata kemudian karena jasamu ibu. aku ini demi Allah tidak lain dan tidak bukan adalah satu dari sekian banyak buah kebaikanmu ibu.Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan sebaik-baik pahala

Wahai pemilik senyuman yg tulus, wahai pemilik hati yg dermawan dan penuh kasih sayang
Untukmu aduhai bunga yg tak pernah layu dan mata air yg bening,
Untukmu yg telah mengusap air mataku, membasuh kotoranku, menyuapkan makan dan minum dengan tangannya kemulutku, yg telah menjadikan haribaannya sebagai ketenangan bagiku.
Matanya yg selalu mengawasiku.

kupersembahkan baktiku, semoga Allah membalas segala budi baikmu.

Ya Allah jagalah ibuku dengan penjagaanMu,panjangkanlah umurnya, perbaikilah amalannya, dan tutuplah usianya dengan amal sholeh dijalanMu.

IBU .. TAHUKAH ENGKAU SIAPA ITU IBU?
Dia adalah contoh kasih sayang yang hidup di tengah kita, tidak ada yang memandangnya dengan penghormatan dan penghargaan melainkan orang-orang yang dikasihi Allah. Ibu adalah laksana batu karang kesabaran. Gambaran hidup bagi...sifat pema’af dan lapang dada.

kini aku paham arti ungkapan sebagian orang ‘mendengar bkn seperti menyaksikan’.Aku banyak mendengar ragam ungkapan tentang besarnya keutamaan seorang ibu.Sama seperti yg lainnya, aku mendengar semua itu tapi hanya sebatas lewat ditelinga. Terkadang ungkapan yg indah menggetarkan perasaanku. Kadang kala aku mengangguk-angguk kagum mendengar bait-bait syair yg indah kemudian tidak tampak wujudnya dalam kehidupan nyata.

Ketika aku dapatkan diriku mengikuti fase-fase perkembangan kehamilan istriku selangkah demi selangkah.
Dan ketika ia memasuki bulan yang kesembilan lebih sedikit. Aku bayangkan diriku adalah bayi meringkuk di dalam rahim itu. Aku terus mengikuti dan mengawasi .. aku mulai merasakan sebagian makna-makna tersebut yang sering aku dengar tentang keutamaan seorang ibu.

Aku telah melihat dan melihat sesuatu hal yang luar biasa,membuat kepala menggeleng-geleng, hati tersentuh dan mata menangis. Sejak itu aku benar-benar yakin bahwasanya ibu wanita yang agung ini, manusia tidak akan pernah bisa membalas jasa dan budi baiknya sepanjang masa.

Betapapun indahnya untai kata sebuah puisi dan rangkai kalimat nan lembut sebuah sya’ir
Demi Allah tidak akan ada yang bisa membalas kebaikannya kecuali Allah semata.

Di akhir bulan yang kesembilan itu ..apa yang aku saksikan!! Aku memohon rahmatMu ya Allah ..apakah sanggup seorang manusia menanggung semua kepedihan dan rasa sakit itu??!!

Aku melihatnya menanggung semua itu dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Aku melihatnya dan mendengarnya dan ia tidak sadar ketika ia mengerang kesakitan aku merasakan panasnya pedih yang dirasanya berpindah langsung ke dalam hatiku. Aku berusaha berjuang melawan diriku agar mataku tidak mempermalukanku.

Kemudian tidak beberapa lama, aku dikejutkan lagi oleh dirinya yang tersenyum melupakan kepedihan dan rasa sakit itu, seraya menunjuk ke perutnya ia berkata, “Aku sangat mencintaimu bayiku, aku rindu untuk melihatmu”. Maha suci Allah yang melimpahkan kesabaran kepadanya untuk menanggung kepedihan yang bersambung dengan ruhnya.

apabila bergerak merasa pedih, apabila duduk merintih, apabila berbaring meringis, apabila berjalan letih, apabila berusaha tidur untuk rehat sejenak tidak sanggup. Dia tidak bisa berbolak-balik ditempat tidurnya seenaknya seperti sebelum ia mengandung bayi itu.

Namun begitu ia masih saja sibuk dengan mengatur, membersihkan, merapikan dan mengurus urusan rumah. Serta mengasuh anak-anaknya yang masih kecil; memberi makan,memandikan dan menidurkan mereka. Itu semua dilakukannya sendiri bagaikan mengangkat sebuah gunung.

Dan setelah itu ia masih berujar kepada kesabaran dengan tersenyum, “hai sabar, ambillah pelajaran dariku. Hai sabar, ambillah pelarajan dariku”.

Cobalah dirimu menjadi seorang ibu. Apakah sanggup seorang laki-laki untuk tinggal bersama seorang bayi usia dua atau tiga tahun sepanjang hari kalau tidak dia akan menyumpah serapah atau memaki dirinya sendiri karena kesal atau menyesal.

Demi Allah, hanya seorang ibu saja yang sanggup menanggung itu dengan ridho, rela dan senyuman.

Alangkah indahnya pemandangan ketika seorang  ibu duduk dan di sekelilingnya duduk pula anak-anaknya yang masih kecil, tak obahnya anak-anak burung yang membuka paruhnya supaya ibunya menyuapkan makanan.

Sang ibu membujuk ini untuk makan, bercanda dengan yang lainnya sambil menyuapkannya, dan memberi minum anaknya yang lain setelah berulangkali merayunya. Serta tertawa dengan yang paling kecil agar mau menyantap makanannya.

Semua itu ia lakukan sambil duduk ditengah-tengah mereka dengan posisi yang tidak mengenakkan, hampir-hampir saja seluruh persendiannya menjerit, mengaduh menahan sakit. Namun begitu ia tetap tersenyum dan memberi semangat anak-anaknya agar mau makan.

Kemudian tiba-tiba ia menjerit pelan, ia barusaja menerima tendangan bayi di dalam perutnya maka ia segera memperbaiki posisi duduknya, setelah itu ia kembali tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.
Lantas, janinnya kembali memberikan pukulan dan tendangan lagi seolah-olah ia berkata kepada ibunya, “Aku disini ibu”.

Sang ibu gembira dengan pukulan dan tendangan janinnya, sedangkan janinnya tidak membiarkannya beristirahat barang sejenak.Apabila tidak terasa gerakan janinnya ia takut dan cemas, apabila bergerak ia gembira dan senang.

Subhanallah, beragam rasa sakit dan deritayang saya kira kalau ditimpakan kepada seorang laki-laki berotot barangkali iaakan menjerit sampai terdengar oleh tetangga-tetanggannya.
Adapun dia, tetap sabar mengharapkan ridho Allah, bahkan...tersenyum dan tertawa.

Semoga rahmat Allah untuknya, ramat Allah atasnya dan rahmat Allah bersamanya.

Apabila telah lewat usia kandungan Sembilan bulan, dan telah dekat saat keluarnya janin ke dunia, datanglah musibah itu. Si janin tidak ingin tinggal lagi dirahim ibunya, tapi dia tidak juga keluar dengan suka rela ke dunia fana ini. Ketika itulah rasa sakit yang tidak tertahankan,derita yang tidak ringan

Apakah engkau mengira sakit dan pedih itu berakhir sampai disitu saja?!

Kemudian sering pula janin tidak keluar kecualidengan paksaan, sehingga kadang daging harus disayat, perut dibelah atau di vakum .. kemudian rasa sakit kian bertambah ketika janin mulai keluar ..darah berpacu dengan janin dan kematian serasa di ambang mata, terkadang kematian yang lebih dahulu dan si ibupun mati...sementara janinnya yang hidup.

Apabila sang ibu dikaruniahi usia yang panjang ia sadar setelah menghadapi kondisi yang berat ini, lalu apabila ia melihat bayinya terbaring disisinya, ia pun tersenyum .. hilang rasa sakit, lupa derita yang baru saja dilaluinya.

Ya Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, alangkah menakjubkannya kasih sayang seorang ibu dan kerinduan kepada bayinya. Ia berjuang menghadapi rasa sakit dan kematian kemudian ia berangan-angan rela mati untuk kehidupan bayinya.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Oleh Ustadz Abu Zubair Al Hawary, Lc.
Untaian bait di atas juga beliau sampaikan ketika beliau mengisi kajian ttg Berbakti Kepada Ibu Di Klaten 24 oktober 2010..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar